Mendut

Adipati Pragola mulutnya terbuka lebar ketika datang telik sandi kepercayaannya di hadapannya melaporkan kalau ia baru saja menemukan perempuan ayu yang tinggal di pesisir pantai. Sebagai adipati yang senang mengoleksi istri, informasi yang disampaikan abdinya itu membangkitkan minatnya untuk menambah selir di haremnya.

Sampun to, perempuan yang ini nyiamik tenan, Gusti!” tutur telik sandi.

Isih prawan apa wis duwe bojo?” tanya Pragola.

Ting-ting, Gusti!” tukas telik sandi.

~oOo~

Gadis pesisir pantai itu bernama Mendut. Orang-orang suka memanggilnya Rara Mendut. Meskipun gadis pantai, ia mempunyai kecantikan seperti puteri kraton. Banyak sudah lelaki yang menaksirnya, namun hanya pemuda Pranacitra yang sanggup menambatkan cinta di hatinya.

“Hanya kamu yang bisa membuatku gelisah!” rayu Pranacitra.

“Denganmu aku menikmati kerinduan dan kegalauan sepanjang hari,” tanggap Mendut.

“Kamu yang selalu membangkitkan gemuruh cemburu di dadaku!” kata Pranacitra lagi.

“Hanya kamu yang bersemayam tenang di ruang hatiku,” sahut Mendut.

Begitulah hari-hari mereka jika sedang bertemu. Setampan dan sebaik apakah Pranacitra hingga mampu membuat pohon asmara di hati Mendut berbunga-bunga cinta dan rindu semacam itu?

~oOo~

Kampung pesisir pantai tempat tinggal Mendut pagi hari itu terusik ketenangannya. Para prajurit suruhan Adipati Pragola memaksa Mendut untuk ke kadipaten menghadap sang penguasa. Apalah daya Mendut hingga bisa melawan tangan-tangan kekar para prajurit. Ia tak kuasa menolak.

“Kalian tak perlu memaksaku seperti ini. Tunggu sebentar aku akan mempersiapkan bekalku untuk bersama-sama kalian ke kadipaten!” ujar Mendut kepada prajurit yang mencekeram lengannya.

Prajurit itu pun melepaskan tangan Mendut dan membiarkan perempuan cantik itu masuk ke biliknya. Mendut mempersiapkan beberapa helai pakaiannya dan menyempatkan diri menuliskan pesan kepada Pranacitra: “Hubungi aku di 19680509”.

Di kediaman pribadi Adipati Pragola.

Ayu tenan kowe, nduk!” kata Pragola ketika Mendut tiba di hadapannya.

“Ampun, Gusti,” sembah Mendut, takut.

“Jangan takut cah ayu. Sebentar lagu kamu bakal urip mukti menjadi selirku ha..ha…” kata Pragola sambil nyiwel dagu Mendut.

Menyaksikan wajah mesum adipatinya, membuat Mendut berasa muak. Ia marah diperlakukan seperti itu. Di luar perkiraan Mendut, penolakan dan sikap marahnya Mendut makin membuat Pragola tertarik padanya.

~oOo~

Wahai kekasihku Pranacitra, di mana kamu? Mendut merana di keputren kadipaten, ia sedang dipingit oleh Adipati Pragola. Para emban dimintanya untuk memberikan training kepada Mendut untuk menjadi puteri keraton sejati, bagaimana ia harus bersikap di depan adipati, bagaimana ia harus melayani adipati, ia juga diajari melantunkan tembang-tembang macapat kesukaan adipati, dan unggah-ungguh keraton lainnya.

Namun sesungguhnya, Mendut sedang galau berat di tengah kemewahan keraton tanpa ada Pranacitra di sampingnya.

~oOo~

Sebulan sudah Pranacitra tidak apel ke rumah Mendut. Sibuk urusan kuliah di padepokan Gunung Muria. Ia sudah sangat rindu kepada jantung hatinya itu, namun ia belum mendapatkan izin turun gunung dari gurunya.

~oOo~

Raja Mataram Sultan Agung gusar. Adipati Pragola kembali tidak hadir dalam pisowanan ageng. Tiga kali tidak hadir berarti membangkang. Sultan Agung memerintahkan Tumenggung Wiroguno untuk menangkap Adipati Pragola. Perintahnya jelas: tangkap dan penjarakan. Kalau melawan, bunuh di tempat.

Dengan mengerahkan pasukan segelar sepapan, Tumenggung Wiroguno berhasil mengalahkan parjurit-prajurit andalan Adipati Pragola dan karena melawan tewaslah Pargola di tangan Tumenggung Wiroguno.

Dasar Wiroguno yang tukmis. Ia segera menuju keputren, siapa tahu ada perempuan cantik yang bisa dibawanya ke Puri Wirogunan. Hmm, mujur nian nasib Wiroguno ketika ia menemukan Mendut di sana.

Jenengmu sapa cah ayu?” tanya Wiroguno.

“Mendut, Gusti Menggung,” jawab Mendut.

“Ayo, ikut aku. Kamu akan aku jadikan selir kesayanganku,” kata Wiroguno.

Mendut tak menjawab. Lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya. Sama-sama akan dijadikan selir. Ia minta izin mempersiapkan diri sebelum diboyong ke Puri Wirogunan. Kasihan benar Mendut. Di saat dirundung masalah seperti itu, tiada kabar dari Pranacitra. Kembali ia menuliskan pesan kepada Pranacitra: “Hubungi aku di 90508691”.

Lelaki tua yang bernama Wiroguno itu sangat puas karena berhasil mengalahkan Adipati Pragola dan mendapatkan Mendut yang jelita.

Apakah Mendut pasrah saja?

~0Oo~

Hari keempat dalam pingitan Wiroguno, Mendut makin merindukan Pranacitra. Cintaku, apakah dirimu sudah menerima pesan-pesanku? Tak ada jawaban, meskipun sekedar bisikan dalam hatinya.

Piye nduk, kamu sudah punya jawaban untukku?” tanya Wiroguno yang tiba-tiba muncul di keputren Puri Wirogunan.

“Tidak Gusti! Saya menolak dijadikan selir. Bahkan sebagai istri utama pun aku menolaknya!” sergah Mendut.

Wis…wiswong wedok nggak tahu diuntung. Diajak hidup enak kok nggak mau!” bentak Wiroguno.

Sesungguhnya Wiroguno sangat heran dengan sikap Mendut. Hanya Mendut yang berani menolak kehendak tumenggung kesayangan Sultan Agung itu. Namun, saking sayangnya kepada Mendut, Wiroguno tidak tega menyakiti Mendut.

PS: Nanti kapan-kapan bersambung ke Mendut #2 ya…