Lima juta itu banyak sekali

Anda masih ingat nggak dengan acara TV yang bertajuk “Toloooong….” ? Di acara tersebut bagi seseorang yang dengan tulus-ikhlas kedapatan mau membantu/menolong seseorang (yang sengaja disetting untuk minta tolong), akan mendapatkan hadiah segepok uang. Lihatlah ekspresi sang penolong. Pada momen pertama ia akan terbengong-bengong mendapatkan rejeki nomplok tersebut, sejurus kemudian ia menangis bahagia bahkan ada yang berlari pulang untuk menemui suami/istri di rumah dan memberitahukan kalau ia mendapatkan uang yang banyak sekali. Suami-istri berangkulan dan menumpahkan air mata bahagia lagi. Entah kebetulan atawa nggak,  sang oenolong yang mendapatkan uang tadi dari keluarga yang biasa-biasa saja atawa yang hidupnya (sangat) sederhana. Uang segepok itu (mungkin jumlahnya 5 juta rupiah) tentu sangat berarti bagi keluarga sederhana tersebut.

Lain lagi dengan acara TV “Uang Kaget”. Nah, acara ini sengaja membidik orang dari keluarga (sangat) sederhana untuk dijadikan obyeknya. Sang juragan mendatangi “korban” lalu memberikan uang 10 juta rupiah. Tentu saja si penerima uang kaget benar-benar kaget. Ekspresinya juga menggunakan adegan menangis. Namun, uang sebesar 10 juta tersebut tidak begitu saja masuk ke kantongnya, namun ia harus membelanjakan uang tersebut dengan dibatasi waktu. Kalau nggak salah 30 menit waktu yang dibutuhkan untuk membelanjakan uang tersebut. Nah, si “korban” bingung mesti membelanjakan apa. Sudah bisa ditebak, ia akan membrong barang-barang yang tidak dapat dimanfaatkan di rumahnya yang sederhana. Ia membeli TV, kulkas, mesin cuci, dan barang elektronik lain. Kenapa tidak bisa dimanfaatkan? Memang kapasitas listrik di rumahnya cukup untuk memasok peralatan-peralatan tadi? Kalau si “korban” cerdas, ia akan membelikan emas dan barang-barang kebutuhan sehari-hari. Maksud saya tak hendak mengkritik sifat konsumtifnya, namun hanya ingin mengatakan kalau uang 10 juta itu banyak sekali karena bisa untuk membeli berbagai macam barang.

Masih mengenai acara TV. Kita tengok acara yang sangat inspiratif “Kick Andy Hope”, salah satu episode menampilkan sosok Joko Ngadimin yang berusaha membangkitkan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong yang mulai terkikis di kalangan masyarakat desa. Diawali dengan langkah Joko dalam mendirikan sebuah sanggar seni bernama Sanggar Seni Sekar Jagad pada tahun 2004. Tujuan dirintisnya sanggar ini adalah untuk melestarikan dan mengembangkan seni budaya guna membangun kekuatan dan kemandirian desa. Seperti biasa, di akhir kunjungan Kick Andy Hope memberikan bantuan/sumbangan dan kali ini oleh sebuah perusahaan sanggar-nya Pak Joko ini mendapatkan sumbangan sebesar 50 juta rupiah. Anda tahu kan bagaimana ekspresi Pak Joko dan warga desanya? Mereka menangis terharu karena uang sebesar 50 juta tersebut sangat berarti bagi mereka. Pun dengan episode-episode yang lain, bantuan/sumbangan kisaran 50 juta sangat berarti untuk memberdayakan masyarakat.

Contoh “uang kecil” yang sangat berarti bagi masyarakat miskin misalnya BLT (Bantuan Langsung Tunai). Demi uang 300 ribu mereka rela antri sejak pagi di halaman kantor pos. Tak jarang ada yang berlaku curang untuk sekedar mendapatkan BLT. Tanya kenapa? Karena uang “segitu” itu banyak sekali. Lumayan bisa untuk belanja kebutuhan dapur. Lain BLT, lain pula pembagian zakat oleh “orang yang mengaku kaya”. Jumlah yang mereka dapat jauh lebih kecil, bahkan ada yang senilai 5 ribu, namun mereka rela berdesak-desakan demi 5 ribu tadi. Karena uang 5 ribu bagi mereka itu banyak sekali.

~oOo~

Sekarang, mari kita bandingkan dengan uang yang dijarah atawa dirampok atawa dikeruk atawa ditilep oleh para koruptor negeri ini. Jumlahnya selalu ke angka Milyar. Tak sedikit yang melakukan korupsi ratusan milyar.

Uang yang dikorup itu buanyak sekaleee……. jika dibandingkan dengan uang 5 juta, dengan uang 10 juta, dengan uang 50 juta, dengan uang 300 ribu apalagi dengan uang 5 ribu. Mestinya dengan jumlah uang seperti yang dikorup itu, negara bisa membuat/memperbaiki jalan/jembatan, mencetak sawah baru, menciptakan lapangan pekerjaan, memberdayakan masyarakat, dan pembangunan-pembangunan lain.

Jahat sekali ya para koruptor itu?