Mendut – Pranacitra itu nyata atau dongeng belaka?

Pada suatu makan siang, Mas Suryat didaulat oleh sahabatnya untuk menceritakan sebuah kisah Romeo dan Juliet pada zaman Mataram dulu yakni Rara Mendut dan Pranacitra. Bukan tanpa alasan sahabatnya itu bertanya kepada Mas Suryat, sebab untuk urusan perdongengan semacam itu kadang Mas Suryat menyimpan cerita yang berbeda dengan yang beredar selama ini.

“Bukan karena ini pas Februari yang katanya bulan cinta sebab di sana ada satu hari yang sering dirayakan sebagai Hari Valentine, mbok saya dikasih pencerahan tentang dongeng Rara Mendut dan Pranacitra, toh Mas.”

Mas Suryat mengambil jeda sejenak, sebab perlu menelan makanan yang telah dikunyahnya.

“Kasihan anak remaja negeri ini yang merayakan Valentine. Jika mereka tahu sejarahnya tak jamin mereka pada meninggalkan perayaan semacam itu. O, iya. Mendut – Pranacitra itu cuma kisah sanepan, sebuah kiasan yang diciptakan oleh pujangga Mataram ketika diperintah oleh Sultan Agung.”

Sanepan piye, Mas?”

“Ada yang bilang kalau tokoh Rara Mendut dan Pranacitra itu sesungguhnya masih darah biru, kerabat istana Mataram. Bukan rakyat kebanyakan.”

Lalu Mas Suryat mendongeng kisah cinta Mendut – Pranacitra versi pujangga Mataram.

Dalam penaklukan Kadipaten Pati oleh Tumenggung Wiraguna, ia memboyong gadis rupawan bernama Rara Mendut untuk dijadikan salah satu selir kesayangannya. Nanti ada tokoh pemuda yang bernama Pranacitra main-main ke istana Wiragunan dan bertemu dengan gadis cantik itu. Mereka saling jatuh cinta. 

Ketika mereka akan minggat dari istana Wiragunan, ketahuan oleh para prajurit Tumenggung Wiraguna. Mereka dikejar hingga Kali Oya. Saat mereka akan menyeberang sungai ketangkap oleh para prajurit tersebut dan dibawa ke hadapan Wiraguna.

Pranacitra minta maaf ke Wiraguna dengan cara bersimpuh. Pranacitra diusir oleh Wiraguna. Tetapi baru berjalan dua langkah, punggungPranacitra ditusuk tombak oleh Wiraguna. Rara Mendut yang menyaksikan peristiwa tersebut langsung menubruk Pranacitra, sehingga ujung tombak mengenai dada Mendut. Keduanya tewas.

Sultan Agung ketika mendengar peristiwa tersebut sangat tersentuh hatinya dan memerintahkan supaya keduanya dikubur dalam satu liang lahat.

“Pranacitra itu sebetulnya siapa, Mas?”

“Tokoh ini cuma nama rekaan. Pemuda yang mencintai selir Tumenggung Wiraguna tak lain adalah putra mahkota Sultan Agung yang kelak dikenal dengan nama Amangkurat Agung atau Seda Tegalarum. Nah, peristiwa memalukan semacam ini kan perlu dibikin versi sanepan.”

“Terus yang dikubur bersama Rara Mendut siapa?”

“Abdinya putra raja tadi. Ia bermaksud menyelamatkan muka juragannya!”

Saking kondangnya kisah Romeo dan Juliet Mataram ini, ada tiga lokasi yang diklaim sebagai makamnya Rara Mendut yakni di Dusun Gandu dan Dusun Blambangan, keduanya di Berbah Sleman, satunya di Desa Kajor Wetan Imogiri.