Kemarin sore ada yang ‘protes’ ke saya mengenai artikel The Padeblogan semingguan ini: Pak, kok kisah cinta yang ditulis semua berakhir tragis semua sih? Saya kan jadi takut untuk menjalin kasih, apalagi usia saya sudah punjul dari tiga puluh tahun. Ya, Mas Bro yang satu ini memang pembaca setia blog yang saya kelola ini.
Saya pun mengajaknya duduk di tempat yang enak. Lalu saya berkata kepadanya, “Ada satu kisah yang belum saya bagikan. Jauh lebih tragis!” Mas Bro pun penasaran, lalu saya sedikit memberikan paparan.
Ia adalah Adolf Hitler seorang diktator yang berasal dari Jerman. Pada tanggal 29 April 1945 ia menikahi pujaan hatinya, Eva Braun namanya. Literatur sejarah mencatat mereka menikah di sebuah bunker Kantor Kanselir Jerman. Meskipun Hitler dikenal kejam, toh ia menyimpan sisi romantis di dalam hatinya yakni perasaan cinta kepada lawan jenis.
Kisah cinta kasihnya mungkin bisa disebut witing trisna jalaran saka kulina, cinta tumbuh karena sering bersama. Gadis manis berambut ikal itu usianya 20 tahun lebih muda dari Hitler, pertama kali bertemu Hitler ketika ia bekerja sebagai asisten Heinrich Hoffmann, fotografer asal Munich yang kemudian menjadi kamerawan pribadi Hitler.
Sayangnya, Hitler menyembunyikan eksistensi Eva Braun kepada rakyat Jerman, sebab untuk menguatkan mitos bahwa ia hanya menikahi bangsa dan negaranya. Namun begitu, Eva Braun hanya diperkenalkan di sekitar orang dekatnya saja.
“Kenapa mereka menyatukan cinta mereka di bunker sih, Pak? Apa mereka lagi sembunyi?”
“Rezim Nazi saat itu dalam senjakala. Bahkan usia perkawinan mereka kurang dari 40 jam saja. Sehari setelah menikah, mereka bunuh diri berjamaah di dalam bunker tersebut.”
“Loh, tragis sekali!”
“Hitler menembak kepalanya sendiri dengan pistolnya, sementara Eva Braun menelan kapsul yang di dalamnya berisi racun sianida.”
“Wah, kok nggak dicampur kopi saja ya?”
“Mereka yang kisah cintanya berakhir bahagia jumlahnya jauh lebih banyak Mas Bro. Jadi nggak perlu takut jatuh cinta. Wong jatuh cinta itu kodrat manusia. Betewe, dirimu sudah punya pacar belum?”
“Anu…. saya berencana mau balikan sama mantan pacar. Setelah seribu kota dan ratusan hati saya jelajahi, ternyata memang hanya mantan pacar saja yang terbaik.”
“Ya wis, segera dilamar saja!”
Dengan sumringah Mas Bro menunjukkan foto-foto mantan pacarnya yang tersimpan rapi di ponsel pintarnya. Kenangan sama mantan ternyata sulit untuk dihilangkan oleh Mas Bro kita ini.