Lanjutan dari kisah Mendut terdahulu.
Sudah terbilang puluhan hari, Mendut tiada bersua dengan kekasih pujaan hati, Pranacitra. Rindu yang menyesakkan dadanya berasa ingin meledak dalam perjumpaan mereka nantinya. Sungguh, menunggu Pranacitra datang adalah pekerjaan yang sangat menyiksa perasaan. Hanya karena kekuatan cintanya belaka, ia sangat rela nekjika mesti menunggu beberapa hari lagi untuk berjumpa dengan Pranacitra.
Wahai Mendut, sebenarnya apa yang dirasa oleh Pranacitra tak jauh beda dengan isi hatimu.
bila kamu di dekatku hati rasa syahdu
satu hari tak bertemu hati rasa rindu
~oOo~
Di lapangan sebelah utara Puri Wirogunan, Mendut membuka lapak kretek Tjap Mendut-137. Loh bukannya ia akan dijadikan selir oleh Tumenggung Wiroguna? Kenapa malah jualan kretek?
Dengan keberaniannya Mendut menolak dijadikan selir sang Tumenggung. Tentu saja Wiroguna meradang. Semakin dipaksa, Mendut makin melawan. Akhirnya, Wiroguna takluk namun memaksa Mendut membayar upeti kepadanya untuk mengganti ongkos penjemputan Mendut dari Kadipaten Pati dan biaya hidup Mendut selama berminggu-minggu di Puri Wirogunan. Mendut menyanggupi membayar upeti dengan meminta ijin kepada Wiroguna berjualan kretek di lapangan sebelah utara Puri Wirogunan.
~oOo~
Pranacitra menimang-nimang dua helai kertas yang bertuliskan: “Hubungi aku di 19680509? yang ia temukan di bilik rumah Mendut. Di lembar kertas lainnya, Mendut menulis: “Hubungi aku di 90508691? yang ia dapatkan di keraton Adipati Pragola.
Oalah Mendut…. Mendut…. neng ngendi sliramu cah ayu…..
Suara Pranacitra melolong menembus sepi. Ia merasa Mendut dalam bahaya.