Lastri mulih: ketemu pacar

08.30

Saya membuka rapat yang dilakukan di ruang meeting yang baru. Semua bagian hadir, termasuk Lastri, dengan tugas utama mencatat hasil rapat. Kami sedang merencanakan suatu event promosi yang cukup besar, di akhir bulan ini. Saya memaparkan point-point target yang harus bisa dicapai dalam promosi nanti.

09.15

Saya meninggalkan ruang meeting, untuk menghadiri rapat di kantor pemerintah.

11.50

Makan siang.

13.10

Saya sudah kembali ke kantor, tengok ruang meeting tidak ada orang. Barangkali masih pada istirahat makan, karena rapat hari ini direncanakan sampai sore. Saya melewati meja Lastri, juga kosong. Mungkin juga sedang menikmati makan siangnya.

13.20

Sejenak membuka blog: menjawab komentar yang masuk dan blogwalking. Sesekali browsing berita terkini: tarik ulur parpol mau koalisi apa pilih jadi oposisi, Miyabi gagal ke Indonesia, gempa Sumbar, kurs rupiah menguat banyak yang pusing.

13.45

Membuat disposisi dari surat-surat eksternal yang masuk, tanda tangan beberapa voucher pengeluaran, membaca draft kontrak yang kemarin dibuat oleh Lastri. Ah, saya menemukan kesalahan lagi di salah satu pasal draft kontrak (hey, saya masih jauh beruntung karena tidak kehilangan satu ayat seperti yang sekarang dialami oleh Dept. Kesehatan terhadap UU yang disahkan oleh DPR beberapa waktu lalu).

Saya pencet extension Lastri. Sampai 3 kali tidak diangkat. Saya pindah extension ke ruang meeting, dijawab katanya Lastri belum masuk ruang meeting sejak rapat dimulai lagi pukul 13.30 tadi. Saya panggil Gino OB untuk mencarikan Lastri.

“mBak Lastri lagi ada tamu pak,” Gino memberikan laporannya, “malah tadi saya yang mengantar minuman ke ruang tamu.”

“Sudah lama terima tamunya?” tanya saya.

“Sejak jam setengah satu-an tadi pak. Permisi pak!” kata Gino siap-siap berlalu dari depan saya.

“Gino, sik to. Ojo kesusu. Emang tamune mbak Lastri sapa?” selidik saya.

Nyuwun ngapunten nggih. Pacarnya kali pak ?!” jawab OB

Huss.. kok awakmu ngerti yen kuwi pacare Lastri?” kata saya.

“Lha, saya kan pernah muda pak. Tanda-tanda orang jatuh cinta kan nggak bisa disembunyikan,” Gino mulai ndobos.

Ealah rupamu No..No…,” kata saya. Lha iya, masak Gino tadi cuma menyajikan minuman bisa menilai kalau Lastri lagi jatuh cinta pada tamunya.

14.00

Saya ke toilet, kebetulan jalan ke toilet harus melalui ruang tamu di mana Lastri menemui tamunya. Oh, saya kaget setengah mati ketika melihat tamunya Lastri menatap ke arah saya. Mata kami beradu pandang. Saya kenal dengannya. Ia bangkit dari kursinya, mengajak saya bersalaman.

“Apa kabar mas?” sapa dia sangat ramah, seperti biasanya setiap kali kami bertemu.

“Kabar baik,” jawab saya kemudian menengok ke arah Lastri.

Lastri ikut berdiri, mukanya mirip udang rebus tetapi senyum manisnya tak lupa ia sajikan. Kemudian ia menundukkan wajah, matanya menatap lantai seperti sedang menebak ukuran keramik lantai.

“Silakan lanjutkan… saya mau ke toilet kok,” saya pun segera berlalu untuk menunaikan hajat.

Anda masih penasaran? Saya juga!

Note: Artikel ini pernah tayang di Oktober 2009.