Pengalamanku waktu bekerja di tengah hutan Kalimantan Tengah belasan tahun lalu telah membuatku trauma dengan binatang melata yang bernama ular itu. Jangankan melihat gambarnya, membayangkan saja sudah berdiri bulu kuduk dan membikin kulitku merinding.
Pada suatu pagi, aku dan kawan-kawan sekelompokku mesti masuk hutan untuk melakukan pemetaan rencana rute logging. Ketika melewati dahan yang ajak rendah, seorang kawan mengingatkan aku supaya diam dan tidak bergerak. Aku curiga dengan peringatan ini. Dan benar saja, tiga detik kemudian aku mendengar desis binatang melata yang berada sejengkal di atas kepalaku. Ular sebesar lengan tanganku tengah numpang lewat bahuku untuk turun ke tanah. Tanpa aku sadari aku telah kencing di celana.
Sejak saat itu aku sangat takut kepada ular. Dan malam ini, ada seekor ular yang menyusup dalam mimpiku. Ajaibnya aku tidak takut sama sekali dengan ular yang kini berada di pangkuanku.
Aku mengusap-usap tubuhnya dan berhenti di kepalanya. Ia ular yang jinak. O, tak sekedar jinak. Ular yang berwarna putih ini kelihatan sangat cantik. Aku semakin tertarik untuk mengelus kepalanya. Ujung ibu jariku seperti menyentuh benjolan kecil di kepala ular. Aku amati lebih teliti.
Ada sebatang jarum pentul tertancap di sana! Apakah ular ini menginginkan aku mencabut jarum tersebut, sehingga ia menyusup dalam mimpiku?
Aku raih kepala ular putih itu untuk memudahkan aku mencabut jarum yang tertancap di antara kedua matanya. Hup! Ular tersebut hilang dari hadapanku dan berubah menjadi seorang perempuan yang cantik sekali.
Ia tersenyum dan mengucapkan terima kasih karena telah dibebaskan dari kutukan jahat. Kemudian ia meninggalkan aku yang masih takjub dengan peristiwa yang baru saja aku alami.
Aku terbangun dari lelapnya tidurku. Aku membuka selimut jangan-jangan ular masih bersembunyi di balik selimut, kemudian aku tengok kolong bawah tempat tidur. Tidak ada siapa-siapa. Alih-alih perempuan cantik, hanya debu-debu yang tidak tersapu dengan sempurna.
Apa mungkin, seekor ular yang menyusup dalam mimpiku adalah sebuah tanda kalau jodohku sudah dekat? Atau ini sekedar kegelisahanku karena tak bisa menjawab pertanyaan ibuku: kapan kamu membawa mantu ke hadapan ibu? Maklum saja, usiaku kini hampir mendekati kepala lima.