Khaled Hosseini bercerita tentang Afghanistan

Afghanistan adalah negeri yang selalu berperang, demikian jawabanku jika engkau bertanya kepadaku. Referensiku tentang Afghanistan melulu dari tayangan televisi: tentang negeri yang diduduki Rusia, tentang mujahidin yang disokong negara-negara Barat, tentang perang saudara, tentang Taliban, dan terus berkonflik.

Setelah aku membaca novel-novel Khaled Hosseini, ternyata Afghanistan tidak melulu tentang perang.  Adalah Jalaluddin Ar-Rumi, seorang penyair sufi legendaris dalam sejarah peradaban Islam lahir di Balkh Afghanistan pada tahun 1207. Pantas saja,  puisi menjadi  bagian budaya Afghanistan. Malam Kamis menjadi Malam Puisi di kota barat Herat. Laki-laki, perempuan, dan anak-anak berkumpul untuk bertukar syair kuno dan modern. Mereka juga mendengarkan musik Herati tradisional dan menikmati teh manis dan kue sampai larut malam.

Judul: The Kite Runner • Penulis: Khaled Hosseini • Penerbit: Qanita, Agustus 2010 • Tebal: 490 hal

Aku memiliki satu kesempatan terakhir untuk mengambil keputusan. Satu kesempatan terakhir untuk menentukan apa jadinya diriku. Aku bisa melangkah memasuki gang itu, membela Hassan – seperti yang selalu dilakukannya untukky – dan menerima apa pun yang mungkin terjadi padaku. Atau, aku bisa melarikan diri.

Akhirnya, aku melarikan diri. (hal 110)

Amir telah mengkhianati Hassan, satu-satunya sahabatnya, saudaranya. Rasa bersalah menghantuinya. Menyingkirkan Hassan dari kehidupannya adalah pilihan tersulit yang harus diambil Amir.

Melalui jendela kamarku, aku memerhatikan Ali dan Hassan mendorong gerobak yang telah dipenuhi oleh daging, naan, buah-buahan dan sayuran, memasuki pekarangan rumah. Aku memerhatikan Baba keluar dari rumah dan mendekati Ali. Bibir-bibir mereka bergerak, meluncurkan kata-kata yang tak bisa kutangkap dari kamarku. Baba menunjuk ke rumah dan Ali mengangguk. Mereka berpisah. Baba kembali memasuki rumah; Ali mengikuti Hassan memasuki pondok mereka.

Beberapa saat kemudian, Baba mengetuk pintu kamarku. “Masuk ke ruang kerjaku,” katanya. “Kita semua akan duduk di sana dan menyelesaikan masalah ini.” (hal 145)

Namun setelah Hassan pergi, tak ada lagi yang tersisa dari masa kecil Amir. Seperti layang-layang putus, sebagian diri Amir terbawa terbang bersama angin. Tetapi, masa lalu yang telah terkubur dalam-dalam, senantiasa menyeruak kembali. Hadir membawa luka-luka lama. Dan seperti rapuhnya layang-layang, tak kuasa menahan badai, Amir harus menghadapi kenangannya yang mewujud kembali.

The Kite Runner adalah sebuah kisah penuh kekuatan tentang persaudaraan, kasih sayang, pengkhianatan, dan penderitaan.

Judul: A Thousand Splended Suns • Penulis: Khaled Hosseini • Penerbit: Qanita, Desember 2010 • Tebal: 510 hal

Mariam dan Rasheed tidak bergabung dengan para tetangga. Mereka mendengarkan radio sementara sepuluh ribu orang menumpahi jalanan dan berarak menuju kompleks pemerintahan Kabul. Kata Rasheed, Mir Akbar Khyber adalah seorang tokoh komunis penting, dan para pendukungnya menyalahkan pemerintahan Presiden Daoud Khan atas pembubuhan ini. Rasheed tidak menatap Mariam ketika mengatakannya. Akhir-akhir ini, Rasheed sudah tidak pernah lagi menatap istrinya, dan Mariam bahkan tidak yakin apakah Rasheed memang berbicara dengannya.

“Apa arti komunis?” tanya Mariam.

Rasheed mendengus dan mengangkat kedua alisnya. “Kau tidak tahu apa arti komunis? Semudah itu. Semua orang tahu. Ini namanya pengetahuan umum. Kau tidak… Bah. Aku tidak tahu kenapa aku terkejut”. Lalu, dia bersedekap dan menggumamkan bahwa komunis adalah orang yang meyakini ajaran Karl Marx. (hal 125-126)

Judul: And The Mountains Echoed • Penulis: Khaled Hosseini • Penerbit: Qanita, Juli 2013 • Tebal: 512 hal

And The Mountains Echoed merupakan novel ketiga Khaled Hosseini yang menggemakan kehidupan keras di Afghanistan.

Kulihat peri kecil muram, di keteduhan pohon kertas. Kumengenal peri kecil muram, yang tertiup angin suatu malam. 

Ketika berumur tujuh tahun, Abdullah ditinggal mati oleh ibunya. Abdullah sangat menyayangi Pari, adik satu-satunya. Bahkan Pari menganggap kakaknya itu adalah ayah sekaligus ibunya. Pari ditinggal mati oleh ibunya ketika masih bayi, sehingga Abdullah yang merawat Pari, menyuapi hingga mengganti popoknya. Ayah mereka kemudian menikah lagi. Abdullah selalu teringat lagu pengantar tidur yang setiap malam dinyanyikan oleh ibunya.

Bagi Abdullah, Pari adalah bumi, langit sekaligus seluruh semestanya. dalam kehidupan di Afghanistan yang keras dan kejam, Pari adalah seberkas cahaya matahari bagi Abdullah.

Saat Pari berusia empat tahun, ayahnya menjual Pari kepada pasangan kaya di Kabul demi kelangsungan hidup keluarga mereka di musim dingin. Abdullah limbung, dunianya hancur. Tak ada Pari, tak ada lagi kehidupan.