Srawung, rencana pensiun dan Pakde

Saya senang mendengarkan kalau anak saya bercerita tentang suasana kantornya hari itu. Sesekali saya memberikan komentar dan wawasan seputaran dunia kerja kepadanya. Saat ini kau masih dalam tahap berjuang nak, masih jauh untuk menemukan maqam yang enak untuk pijakan. Tetapi yang membanggakan, ia ikut terlibat dalam sebuah perubahan manajemen yang lebih baik di tempatnya bekerja.

Sering saya menekankan kalau gaji itu urusan ke sekian. Berkaryalah sebaik-baiknya. Jika kau digaji seribu, berikan seribu lima ratus harga karyamu. Jangan mengejar kekayaan, sebab kekayaan itu sejatinya akibat dari buah karyamu. Mulailah untuk srawung sak jembar-jembare, bergaul seluas-luasnya, tak hanya di lingkungan tempat kerja tetapi juga di luar itu.

***

Tiga hari sebelum cuti lebaran kemarin, mas Kandam mampir ke kantor saya. Alhamdulillah, ia membawakan seperangkat kue lebaran buatan istrinya.

“Rencana pensiun tahun depan sudah dipikir masak-masak, bro? Keputusanmu mestinya akan berdampak kepada keluargamu,” ujarnya.

Ya, Mas Kandam usianya empat tahun di atas saya. Selepas pensiun ia masih berkarya, karena masih punya tanggungan anak-anak yang mesti kuliah dan bersekolah. Meskipun ia lebih tua daripada saya, ia telat mempunyai momongan, sehingga anaknya yang mbarep baru semester dua di sebuah Universitas negeri tetangga.

“Paling tidak saya mau istirahat dulu mas. Capek banget. Rencana paling ideal sejauh ini sih ya buka toko kelontong dekat masjid, seperti yang tak ceritakan dulu itu.”

“Kalau tawaran kerja di tempat lain sudah ada kan, secara saat ini tak banyak orang yang mempunyai kualifikasi seperti dirimu.”

Saya hanya tersenyum saja.

***

Menurut perhitungan saya, tahun 2013/2014 adalah masa jaya-jayanya orang ngeblog. Saya sendiri mulai ngeblog bulan Oktober 2008, hanya sekedar untuk menuangkan buah fikiran dalam tulisan. Bukan untuk mencari duit. Saking senangnya ngeblog, pernah dalam beberapa bulan saya posting tulisan saban hari. Luar biasa energi menulis saya waktu itu.

Dari aktivitas ngeblog saya mengenal narablog lain – bahkan beberapa kali melakukan acara kopdar rame-rame. Salah satu narablog yang kenal di awal-awal ngeblog adalah Pakde Cholik – seorang veteran tentara bintang satu.

Waktu itu saya sudah beberapa kali membaca tulisannya, dan pertama kali saya meninggalkan sebuah komentar di artikel berjudul Parikan Asmara yang diposting tanggal 09 Juni 2009, dengan menyebutnya sebagai “Pakde”. Persahabatan saya dengannya mengalir begitu saja. Komunikasi kami jalin dengan saling SMS (dan belakangan dengan WA) atau via email kalau diskusi menyangkut ngeblog.

Paling tidak sudah tiga kali saya bertemu langsung dengannya. Sekali di Jakarta dan dua kali di Surabaya di sela-sela perjalanan dinas saya ke Kota Pahlawan itu. Saya semakin mengenal Jenderal Bintang Satu ini ketika belakangan saya menyadari ada dua rekan kerja di kantor saya yang satu letting dengannya.

Hari saya mendapatkan kabar duka kalau Pakde Cholik berpulang, setelah beberapa waktu dirawat di RS. Sugeng tindak Pakde Cholik, panjenengan pasti sangat bahagia karena bertemu kembali dengan Bude Ipung.