Dewi Urwasi adalah bidadari yang mengutuk Arjuna menjadi banci, hanya karena Arjuna menolak keinginan Urwasi supaya dijadikan sebagai istrinya. Siapa sih Dewi Urwasi itu?
Nama aslinya Urwasi, karena ia termasuk penghuni kahyangan maka ada embel-embel nama di depannya, Dewi. Ya, ia bidadari yang tinggal di awan. Salah satu hobi Urwasi adalah turun ke bumi bersama teman-temannya, biasanya mandi bersama di sebuah telaga.
Suatu hari, ia turun ke bumi sendirian saja. Namun, di tengah angkasa ia kebingungan ke arah mana telaga yang biasa ia gunakan untuk mandi. Maka, ia berspekulasi turun di mana saja, yang penting menginjak bumi. Ealah…. ia salah turun. Kakinya menginjak kotoran kerbau. Ia tak menyadari benda macam apa yang telah diinjaknya. Tanpa ragu ia usap kakinya dengan telapak tangan kanannya. Sreet….. serta-merta aroma khas tlethong kebo tersebut menguar di sekitar hidungnya yang mancung. Ia kalang kabut mencari air untuk mencuci kaki dan tangannya.
Bruk….! Ia menabrak seorang lelaki muda. Adegan ini persis sama seperti di sinetron-sinetron itu, di mana masing-masing saling ber-ekawicara dalam hati. “O, cakep bener cewek ini,” kata hati si lelaki. Sementara di saat yang sama, dalam hati Urwasi berujar, “Kenapa hatiku bergetar begini?”.
Si lelaki segera tersadar dari keterpesonaan wajah Urwasi dan seperti adat kebiasaannya, ia mengulurkan tangan memperkenalkan diri, “Namaku Puruwara, kamu?”
Urwasi tak ingat lagi kalau tangan kanannya dipenuhi kotoran lembu, ia pun menyambut hangat uluran tangan Pururawa, “Namaku Urwasi. Maaf, tanganku bau, kena bubur hitam,” katanya sambil menunjuk ke arah di mana ia menginjakkan kakinya.
Sesungguhnya panah asmara telah tertancap di jantung hati mereka oleh pandangan dan tubrukan pertama. Tak segan Urwasi menceritakan kehadiran di bumi hingga ia kebingungan mencari air. O la la, kalau cinta sudah melekat, tlethong kebo rasa coklat. Mereka cepat sekali menjadi akrab. Senja terasa cepat sekali datangnya telah memaksa mereka berpisah.
Namun, esok hari mereka berjanji untuk bertemu kembali.
Tak semudah itu. Hari itu Urwasi atawa bidadari yang lain dilarang keluar kahyangan, karena mereka akan kedatangan tamu agung. Urwasi dan teman-temannya didapuk menjadi pagar ayu sekaligus memberikan persembahan tarian menyambut tamu.
Karena hati dan fikiran Urwasi hanya tertuju kepada Puruwara, sepanjang ia menari ia selalu melakukan kesalahan. Hal ini membuat penguasa kahyangan tempatnya tinggal murka, karena perilaku Urwasi telah membuatnya malu. Tamu agung merasa tidak dihormati sebagaimana mestinya.
Rindu yang menggelora di dada Urwasi harus segera ditunaikan. Tapi bagaimana caranya?