Ketika Harga BBM Naik

[Mereka yang pro:]

Menaikkan harga BBM adalah sebuah keniscayaan, siapa pun presidennya. Biarkan saja DPR meributkan wacana interpelasi kepada Presiden Jokowi. Wahai kawan, kebijakan menaikkan harga BBM tersebut sangat tepat untuk menghentikan pemborosan anggaran dan mengungkit pembangunan. Lagi pula, subsidi yang produktif akan menyelamatkan kesejahteraan rakyat. Pemerintah akan merealokasi anggaran subsidi, sehingga bisa mempercepat pembangunan. 

Tidakkah kita malu, sebab Indonesia termasuk negara ASEAN yang menerapkan subsidi tinggi terhadap BBM. Apalagi produksi minyak Indonesia tidak lebih tinggi daripada konsumsi penduduknya. Hal ini sangat berbeda dengan Malaysia atau Brunei Darussalam, kedua negara ini potensi minyaknya lebih tinggi dibanding jumlah dan konsumsi penduduknya. 

Kalau kita bicara data dalam 10 tahun terakhir Indonesia menghamburkan subsidi BBM sekitar Rp 1.300 T atau lebih tepatnya Rp 1.297,8 T dalam kurun waktu tahun 2004-2014 (rata-rata Rp 129,7 T per tahun). Biaya sebesar ini bisa untuk membangun beberapa pelabuhan, ribuan kilometer jalan atau ribuan bangunan sekolah.

Kalau sudah mampu membeli mobil mestinya malu menggunakan BBM bersubsidi.

[Mereka yang kontra:]

Wahai kawan, jangan samakan kenaikan BBM kali ini dengan pemerintah sebelumnya. Besarnya subsidi pada era pemerintahan sebelumnya tentu saja sudah sesuai dengan perhitungan ekonomi. Dulu harga BBM dinaikkan tepat di saat harga minyak mentah dunia tengah naik, meskipun – mohon maaf – pak presiden waktu itu kagak berani mengumumkan sendiri.

Sekarang ini Presiden Jokowi harus bisa menjawab mengapa harga BBM bersubsidi dinaikkan di saat harga minyak mentah dunia sedang turun! Ia juga harus bisa membuktikan kepada rakyat kenaikan harga BBM memang bertujuan mengalihkan subsidi ke program yang tepat sasaran. Bagaimana program jangka pendeknya, menengahnya, dan panjangnya!

[Mereka yang menerima bantuan langsung tunai:]

Kantor Pos di sebelah Kantor Camat itu penuh oleh kerumunan orang yang berdesakan untuk mengambil kompensasi kenaikan harga BBM yang kini disebut sebagai dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) itu. Lihatlah penampilan mereka, ada yang tampil ala kadarnya ada juga yang berdandan menor lengkap dengan perhiasan di leher dan pergelangan tangannya. Mayoritas dari mereka datang ke Kantor Pos dengan mengendarai kendaraan roda dua (kalau dilihat dari plat nomornya, motor-motor tersebut relatif masih baru dan kinyis-kinyis).

Mereka mengaku di depan televisi bantuan pemerintah ini belum mencukupi kebutuhan keluarga mereka di saat kenaikan harga BBM yang diumumkan Presiden Jokowi beberapa hari yang lalu. Mereka sangat bangga disebut miskin – bahkan beberapa di antara mereka yang antri itu rela bermiskin-ria demi untuk mendapatkan bantuan sebesar Rp 200 ribu rupiah setiap bulannya. 

Lumayan mBak/Mas Bro, dua ratus ribu bisa untuk nambah-nambah beli pulsa atau rokok.