Ketiban Rejeki

Lho, memang siapa yang ketiban rejeki? Sungguh, Gusti Allah itu Maha Kreatif dan Maha Adil. Di sini diberi banjir, di sana dilimpahi rejeki. Keseimbangan. Sunatullah.

Warteg atau warung nasi minang jadi favorit. Ribuan bungkus nasi keluar dari kedua warung tersebut. Untuk menyuplai para pengungsi. Bahkan ada di antaranya kewalahan memenuhi pesanan nasi bungkus. Demikan juga dengan toko roti, atau toko-toko yang menjual air mineral atau mie instan. Laris manis. Para pengungsi ada yang tinggal di tenda-tenda yang disediakan oleh instansi pemerintah atau swasta, atau yang punya saudara dekat mengungsi di rumah saudaranya. Hotel melati dan kamar-kamar kontrakan/kost pun diserbu pengungsi. Semua ingin mendapatkan tempat yang nyaman selama mengungsi.

Barangkali pabrik rokok pun akan menambah omset produksinya, karena selama mengungsi kebutuhan rokok tidak menurun, bahkan menurut pengamatan saya orang cenderung makin boros rokok.

Ketika air surut, ada satu-dua peralatan yang banyak dicari korban banjir. Apa itu? Serokan karet dan kain pel. Kedua alat tersebut dibutuhkan untuk membersihkan rumah. Nah, itu rejeki bagi penjual dan produsennya, bukan?

Belum lagi nanti para pemulung. Mereka berpesta pora, datang-pergi keluar masuk kompleks perumahan mengambil barang-barang yang rusak yang tidak bisa dimanfaatkan kembali oleh pemilik rumah. Tukang becak dan istrinya, tenaganya disewa oleh penghuni kompleks perumahan untuk bantu-bantu membersihkan rumah. Semua kebagian rejeki.

Dua atau tiga hari ke depan, ada rejekinya tukang pijat. Tanpa disadari, korban banjir telah menjadi superman atau superwoman. Angkat dan angkut barang-barang berat terasa ringan, tetapi setelah itu baru merasakan bagaimana pegal dan linunya badan ini.

Bulan depan, ketika habis gajian korban banjir akan berbondong-bondong ke toko furniture, untuk membeli meja-kursi, kasur, tempat tidur atau lemari yang hancur terendam air. Lagi-lagi ada pembagian rejeki.

Hikmah banjir kali ini adalah sebuah refleksi diri : perbanyaklah bersedekah, hitung-hitung bayar di muka asuransi kerugian ketika terjadi bencana nanti. Sungguh, Gusti Allah itu Maha Teliti, Dia mencatat semua kebajikan dan kedzoliman yang telah kita perbuat, sekecil dan seringan apa pun perbuatan itu.