Kepingin

Malam sudah menginjak ke skala dua pertiga. Lastri masih juga belum terpejam matanya. Ia lirik suaminya yang tertidur pulas di sampingnya, mendengkur lembut. Usia perkawinan mereka sudah berjalan empat bulanan ini. Lastri makin gelisah. Ia tak bisa lagi menahan hasratnya. Namun, ia ragu untuk membangunkan suaminya.

Tapi keinginan itu sudah sampai di ubun-ubunnya. Ia pun menyentuh dan menggoyang lembut pundak lelaki tampan yang telah sah menjadi pasangannya. Sambil berbisik ia berkata kepada suaminya.

“Mas Tejo, bangun mas!” Ia ulangi kalimat itu sampai empat kali. Tejo pun membuka matanya.

“Ada apa dik, malam-malam membangunkan aku?”

“Anu mas… aku ingin…..”

Tejo terkesiap. Ia merasa bersalah, telah kurang tanggap sasmita terhadap keinginan istrinya itu. Maka, buru-buru ia bangkit dan siap mencumbui perempuan belahan jiwanya.

“Baiklah sayangku aku akan memberikan pelayanan terbaikku!” Tejo tersenyum sambil menyibak selimut. Memasang aksi bak Werkudara.

O la la. Lastri bukannya menyambut Tejo dengan kemanjaannya, malah tengkurap. Tejo kaget!

“Mas Tejo, aku kepingin mangga muda. Malam ini juga!” Lastri terisak dalam posisi tengkurapnya.

“Jadi…. aku mau jadi seorang bapak ya dik?”

Lastri membalikkan badannya, tersenyum kepada Tejo. “Iya, mas. Aku ngidam!”

Tejo segera beranjak dari ranjangnya. Ia pergi ke halaman belakang rumah. Gelap. Tapi ia tahu kalau pohon mangga di halaman belakang rumahnya itu pohon mangganya sedang berbuah. Ia mengambil galah. Mangga nggak kelihatan. Galah ia senderkan ke dinding kandang ayam. Ia berkacak pinggang, antara berani dan tidak berani memanjat pohon mangga itu. Tejo, lelaki perkasa itu sebenarnya tak pandai memanjat pohon. Ia tersenyum dan berjalan menuju dapur.

Terdengar pohon tumbang. Tejo telah menebang pohon mangga itu dengan goloknya. Buah mangga segera ia kumpulkan di dalam baskom. Banyak sekali.

Orang rumah dan tetangga terdekat terbangun mendengar suara berdebum dari belakang rumah Tejo. Mereka menjadi sangat maklum setelah Tejo berkisah tentang penebangan pohon mangga. Mertua Tejo bahagia bukan main, karena sebentar lagi mereka akan menggendong cucu yang pertama.

Lastri menikmati mangga muda yang dikupas oleh Tejo dan memandang dengan bangga pada suaminya itu.