Kenya kapuranta

Adipati Anom adalah putra mahkota Prabu Amangkurat, raja Mataram. Pada suatu hari ia dipanggil oleh ayahnya itu dan ditanya apakah sudah mempunyai calon istri yang kelak menjadi permaisuri jika ia menjadi raja Mataram. Ia menggelengkan kepala pelan, melengkapi jawaban yang disampaikan kepada ayahnya kalau ia belum mempunyai calon permaisuri.

“Ya, sudah. Pergilah ke Cirebon!”

Prabu Amangkurat menitahkan putranya itu untuk menghadap Adipati Cirebon yang diketahui mempunyai anak gadis yang jelita. Esoknya, Adipati Anom berangkat ke Kadipaten Cirebon.

Sampai di Kadipaten Cirebon, ia menyampaikan hajatnya kepada Adipati Cirebon kemudian ia diperkenalkan dengan putri Adipati. Memang cantik sih, tapi sikap angkuh gadis itu yang membuat Adipati Anom tidak berkenan.

Ia pun segera pamit pulang ke Mataram. Di tengah jalan ia tidak langsung pulang tetapi mampir dulu ke rumah Wirareja, salah satu pamannya. Pada saat ia berbincang dengan Wirareja di ruang tamu, datang seorang gadis cantik berkulit kuning langsat menyajikan minuman.

Ah, adegan pertemuan manusia lawan jenis seperti ini berulang kembali: jatuh hati pada pandangan pertama.

“Gadis cantik ini siapa paman?”

“Namanya Rara Oyi, sudah ikut paman sejak kecil dulu.”

Adipati Anom terbakar asmaranya. Wirareja ia tinggalkan begitu saja untuk menyusul langkah Rara Oyi yang berjalan menuju dapur.

Wirareja melongo menyaksikan adegan tersebut.

Cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Rara Oyi juga jatuh hati padanya. Adipati Anom yang awalnya hanya ingin mampir sebentar di rumah Wirareja, ia ubah rencana tersebut. Ia ingin menginap di rumah pamannya itu, sebab ia merasa sudah menemukan tambatan hati.

Wirareja puyeng kepalanya. Pertemuan Adipati Anom dengan Rara Oyi di luar prasangkanya. Ia menjadi teringat peristiwa belasan tahun lalu.

Saat itu ia kedatangan tamu dua orang utusan Prabu Amangkurat. Dua utusan itu membawa seorang gadis kecil, dengan titah dari raja Mataram supaya Wirareja mengasuh gadis kecil itu, yang tak lain Rara Oyi. Ia harus mendidik Rara Oyi dengan tata cara keraton sebab Rara Oyi dipersiapkan menjadi selir kinasih Prabu Amangkurat. Tugas yang diemban Wirareja sifatnya sangat rahasia.

Apa yang mesti ia katakan kepada Adipati Anom?

Jatuh cinta memang berjuta rasanya. Adipati Anom yang sedianya menginap semalam, molor hingga tiga malam. Sungguh, ia terpesona oleh kecantikan Rara Oyi.

“Paman, aku ingin membawa ayah ke sini untuk melamar Rara Oyi menjadi istriku!” kata Adipati Anom kepada Wirareja saat ia berpamitan pulang ke istana.

“Tapi Raden… Rara Oyi ini calon selir ayahanda Raden yang dititipkan kepada saya,” akhirnya Wirareja berterus terang kepada Adipati Anom.

Alih-alih surut langkah, hasrat cinta Adipati Anom malah semakin terbakar.

Adipati Anom tak pulang ke istana, tetapi pergi ke rumah Pangeran Purbaya, kakeknya. Kepada kakeknya, ia ungkapkan keinginannya mempersunting Rara Oyi. Mendengar keinginan cucu kesayangannya itu, ia merencanakan pergi ke kediaman Wirareja untuk menjemput gadis berkulit kuning tersebut.

***

Wirareja terkejut mengetahui kedatangan Pangeran Purbaya dan beberapa prajurit ke rumahnya. Kehadiran Pangeran Purbaya tentu saja bermaksud mengambil Rara Oyi untuk dikawinkan dengan cucu kesayangannya.

“Saya mohon jangan diteruskan kehendak panjenengan. Saya takut murka Prabu Amangkurat,” Wirareja memohon.

“Engkau tidak usah kuatir. Kemarahan Amangkurat aku yang akan tangani!” ujar Pangeran Pekik.

Wirareja tak bisa berbuat apa-apa. Ia mengutuki nasib buruk yang bakal menimpa dirinya.

Rara Oyi dibawa ke Mataram, ke rumah Pangeran Purbaya. Mereka pun menjadi suami istri.

***

Telik sandi kerajaan melaporkan apa yang terjadi di rumah Wirareja kepada Prabu Amangkurat. Menerima laporan seperti itu, Prabu Amangkurat memerintahkan memanggil Wirareja dengan segera.

Belum lepas rasa capek Wirareja setelah menempuh perjalanan dari Cirebon ke Mataram, ia langsung menghadap penguasa Mataram yang sangat terkenal dengan sifat kejinya itu. Seperti yang ia duga, Prabu Amangkurat mendampratnya habis-habisan dan mengusir Wirareja. Belakangan ia dihukum gantung di alun-alun.

Setelah mengumpulkan prajurit pilih tanding, Prabu Amangkurat bersama para prajuritnya itu melabrak Pangeran Purbaya.

“Bunuh Purbaya dan habisi semua keluarganya. Bakar rumahnya. Jangan sampai ada sisa!” Amarah Prabu Amangkurat menggelegak.

Benar-benar tidak ada sisa.

Prabu Amangkurat mencari keberadaan Adipati Anom dan Rara Oyi. Tidak mudah mendapatkan mereka. Atas kelihaiannya telik sandi, mereka dapat ditemukan dan langsung dibawa ke hadapan Prabu Amangkurat.

“Jika engkau ingin pengampunanku, hunus kerismu dari warangkanya. Hunjamkan ke dada istrimu!” titah Prabu Amangkurat, pelan tapi bernada kejam.

Adipati Anom gamang. Akankah ia turuti titah gila ayahnya itu?

Rara Oyi meminta kepada suaminya itu untuk segera membunuhnya, sebab ia tidak mau mati di tangan Prabu Amangkurat. Dan benar saja, keris yang sudah terhunus itu segera bersarang di dada Rara Oyi.

Jabatan sebagai Pangeran Anom dicopot dan ia mesti menjalani hukuman sebagai orang buangan. Kelak di daerah buangan ia menyempurnakan dendam kesumatnya dengan mengajak Trunajaya untuk menggulingkan tahta Prabu Amangkurat.