Kemaluan kejepit resleting

Peristiwa ini terjadi di suatu kelas Sekolah Dasar, bukan Taman Kanak-kanak.

Pak Diwan adalah seorang guru matematika. Kasihan benar ia, karena ia sudah kehabisan akal menghadapi murid-muridnya. Pak Diwan menganggap kalau otak murid-muridnya sudah demikian bebal untuk memahami pelajaran yang ia sampaikan selama ini. Hampir setiap hari ia menciptakan strategi yang baru, agar muridnya antusias dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang ia buat untuk mereka.

Hari ini, seperti hari kemarin tidak ada seorang murid pun yang mampu mengerjakan soal matematika secara benar. Ia pun segera mengeluarkan jurus barunya.

Dari depan kelas, Pak Diwan berkata lantang, “Ayo anak-anak, siapa yang merasa bodoh dan nggak mampu mengerjakan soal, silakan berdiri!!”

Tidak ada seorang murid pun yang berdiri. Suasana kelas mendadak hening, sebagian murid menundukkan kepala karena ketakutan. Pak Diwan mengulang lagi kalimat ajaibnya itu. Masih sepi.

Kali ini ia berteriak lantang dan mengulang kata-katanya, “Siapa yang merasa bodoh dan nggak mampu mengerjakan soal, silakan berdiri!!” Matanya menyapu kelas.

Hening lagi, tapi tak lama. Akhirnya salah seorang murid yang bernama Ryan berdiri.

“Kamu merasa bodoh, ya?” Pak Diwan bertanya kepada Ryan, dengan gaya ringan mulut.

Nggak, sih Pak. Saya hanya kasihan saja sama Bapak. Soalnya hanya Bapak saja yang berdiri!” jawab Ryan VH telak.

Gubrakzzz…!! Pak Diwan terjatuh, mukanya terkena ujung meja. Pingsan. Mulutnya berdarah.

Kelas gaduh. Ada yang menyalahkan Ryan, dan pula menyesalkan sikap Pak Diwan yang, di mata anak-anak, arogan.

~0Oo~

Jajaran Kementerian BUMN mulai bernyali menolak japrem yang diminta oleh politisi Senayan. Para preman pemalak yang berkedok legislator yang tidak terhormat itu meradang, menerjang, matanya nyalang dan mulutnya berbusa-busa menangkis tuduhan adanya japrem di BUMN.

Semakin banyak omong, semakin terang-benderang boroknya. Berteriak kencang namun melupakan persoalan intinya. Cara jitu, menurut saya, saling introspeksi: yang meminta dan yang memberi sogokan atawa apalah namanya, sama-sama busuknya.

Kegaduhan politik yang terjadi seperti kemaluan (laki-laki) yang kejepit resleting, didiamkan terasa senut-senut, ditarik ke bawah sakit, ditarik ke atas makin sakit. Karena bingung mau ngapain, lebih baik berteriak kencang sehingga membuat heboh tetangga kanan-kiri.