Kehormatan Sinta

Kedatangan Hanoman menemuinya di Puri Alengka telah menghibur hati Sinta. Setidaknya ia mengetahui dari Hanoman kalau saat ini suaminya sedang berusaha mengalahkan Rahwana dan pasukannya untuk menyelamatkan dirinya.

“Hanoman, sekarang cepatlah kembali kepada Rama dan katakan kepadanya kalau tiga purnama lagi Rahwana akan mengambilku sebagai istrinya!”

Lalu Sinta menceritakan kepada Hanoman kalau adik bungsu Rahwana yang bernama Wibisana itu selalu berusaha membujuk kakaknya untuk membatalkan keinginan mengawininya. Ia juga membujuk Rahwana untuk segera mengembalikan Sinta kepada Rama. Namun, Rahwana tetap bergeming, kokoh dengan keputusannya.

“Semoga suamiku dan pasukan kera yang kamu ceritakan segera menghancurkan Alengka!”

“Saya juga berharap demikian, tuan Putri.”

“Terima kasih, Hanoman.”

Tetesan air mata di pipi Sinta yang tiada henti itu membuat terenyuh hati Hanoman. Tak tega hatinya menyaksikan permaisuri junjungannya begitu berduka, maka ia pun menawarkan sebuah rencana.

“Tuan Putri, bagaimana kalau sekarang panjenengan saya bawa keluar dari Puri Alengka ini. Saya akan mengendong panjenengan, terbang melintasi hutan dan samudera untuk membawa taun Putri ke hadapan Raja Rama.”

Sinta sejenak memalingkan muka, memandang ke arah Hanoman dengan mimik yang kurang percaya dengan apa yang diucapkan oleh Hanoman.

“Ampun tuan Putri, jangan ragukan kemampuan saya. Nanti, jika pasukan Rahwana menyerang kita, saya akan memporakporandakan mereka. Kalau tuan Putri tidak percaya, lihatlah kemampuanku ini…..!”

Dan Hanoman pun mengubah wujudnya menjadi raksasa yang sangat besar. Tenaganya mampu menghancurkan istana Alengka beserta isinya.

“Hanoman, aku percaya pada kemampuanmu itu. Tahukah kamu, wahai putra Anjani… tidak semestinya kamu mengendongku dan menyelamatkan aku secara diam-diam, apa kata dunia tentang kehormatan Mas Rama, suamiku? Kehormatan seorang ksatria adalah ia harus datang, bertempur dan mengalahkan Rahwana. Aku akan dibawa kembali oleh Rama sebagai buah kemenangan. Tidak mungkinlah Rama menculikku seperti yang dilakukan Rahwana. Meskipun itu yang melakukan kamu, bukan Rama sendiri. Jadi, kembalilah kepada Rama dan katakan untuk  segera menghancurkan Rahwana.”

Hanoman terkesima dengan tuturan Sinta, dan ia membenarkan perkataan Sinta.

“Baiklah, tuan Putri, saya akan segera kembali kepada Raja Rama. Tetapi bisakah panjenengan memberikan tanda bukti kalau saya sudah bertemu dengan panjenengan?”

Pandangan Sinta menerawang, mengingat sebuah peristiwa yang hanya ia dan Rama saja yang tahu. Ia akan menceritakannya kepada Hanoman.