Reputasi para hantu tak kunjung membaik, namun malah semakin terpuruk saja. Kalau boleh menunjuk kambing hitamnya, semua gara-gara adanya televisi di rumah kita.
Jaman saya masih kecil, hantu itu makhluk yang sangat menakutkan. Orang tua waktu itu hanya mendiskripsikan sosoknya lewat kata-kata belaka, sehingga anak-anak berimajinasi dengan fikirannya masing-masing. Bisa jadi sosok hantu yang saya bayangkan akan berbeda dengan yang ada di fikiran teman saya.
Sejak kemunculan mBak Suzana dalam film-film horornya, rasanya, yang namanya hantu kuntilanak atawa sundel bolong ya… mirip-mirip hantu yang diperankan oleh mBak Suzana itu: rambut panjang, mata merah yang dikelilingi warna hitam, ketawanya cekikikan, berjubah putih dan bisa melayang-layang.
Kemudian televisi kita mulai dipenuhi tayangan hantu. Malam-nya para hantu tidak malam jumat lagi, namun sehari-hari kita disuguhi hantu misalnya melalui acara Uka-Uka, Dunia Lain, Uji Nyali, atawa Berburu Hantu. Nah, dimulai dari sinilah ketenangan para hantu mulai terusik.
Para hantu yang tenang bersemayam dalam rumahnya, mulai diganggu oleh manusia. Bahkan dalam acara Berburu Hantu, kita bisa menyaksikan kesewenang-wenangan manusia dalam menggusur tempat tinggal para hantu. Kasihan sekali. Para hantu dimasukkan ke dalam botol sebelum dipindahkan ke tempat yang lain. Apa mereka nggak pengap tinggal di dalam botol? Apakah para pemburu itu nggak punya empati sama sekali ya? Tapi apa memang bener mereka bisa menangkap para hantu?
Acara perhantuan di televisi berusia lestari. Lalu, cerita para hantu mulai ditayangkan di layar lebar. Bukan bentuk yang seram, namun untuk lucu-lucuan. Di fase ini, para hantu dilecehkan harga dirinya oleh para sineas kita. Kasihan para hantu, ia nggak dibuat menakutkan lagi namun hanya menjadi bahan olok-olokan, apalagi hantu pocong tuh, yang paling sering dilecehkan.
Kembali ke televisi. Hantu yang harusnya berada di dimensi lain dengan menyembunyikan wajah seramnya, kini wajah-wajah para hantu malah dipertontonkan dalam sebuah kanvas yang cara melukiskannya dengan mata tertutup.
Kapan para hantu akan kembali pada jati diri yang sebenarnya?
Theme song: Rintihan Kuntilanak