Karena tidak tahu, maka nikmat rasanya

Di suatu tempat pada masa tertentu di luar jangkauan mata kita ada kejadian dan peristiwa yang tidak masuk kategori berita di media massa. Kejadian dan peristiwa tersebut mungkin baru sekali dilakukan atawa bisa jadi berkali-kali dan sudah menjadi adat kebiasaan bahkan beberapa di antaranya sudah dipatenkan menjadi standard operating procedure.

Adalah para pedagang kecil keliling yang sering kita temui dan kita tunggu-tunggu kedatangannya, karena kita ingin membeli dan menikmati apa yang mereka sajikan.

Di jalan yang cukup lengang, seorang pedagang ketoprak buru-buru memarkir gerobaknya di bawah pohon. Ia berlari kecil menuju aliran sungai di tepi sawah. Lalu ia menghilang di balik rimbunnya semak. Ia sedang membayar hajatnya yang sejak belasan menit lalu mengocok-ngocok perutnya. Mukanya sumringah begitu muncul dari balik semak. Tangan basahnya segera meraih lap kotak-kotak yang ditaruh di atas tumpukan piring dalam gerobaknya. Segera ia keringkan tangannya dengan lap itu, lalu ia melanjutkan perjalanan menuju tempat mangkalnya.

Di tempat lain terlihat pedagang bubur kacang ijo pikulan sedang istirahat di bawah pohon waru. Sambil menunggu waktu, ia membuka panci buburnya untuk ia aduk supaya panasnya merata. Uap air yang keluar dari panci mengusik rambut lembut dalam hidungnya. Ia pun bersin dua kali. Celakanya, pada bersin yang kedua gigi palsunya terlepas dan masuk ke adonan bubur kacang ijo. Ia panik. Ia mengaduk-aduk dengan sendok panjang dan mengangkat ke atas untuk memastikan gigi palsu itu telah berada di sendok. Ketemu. Ia tersenyum. Gigi palsu itu ia cuci di ember plastik kecil yang biasa ia gunakan untuk mencuci mangkok dan secepatnya ia pasangkan kembali ke tempatnya semula.

Di kolong langit lainnya, penjual air legen sedang melayani seorang pembeli yang kelihatannya sangat kehausan. Pembeli itu minta tambah air legen, lalu sang penjual menuangkan air legen dari bumbung bambunya. Pembeli itu tersenyum, nampak di sudut bibirnya ada luka, pertanda kalau ia sedang terkena penyakit berengan. Penjual air legen menerima gelas, lalu ditengkurapkan begitu saja di bumbung bambunya. Setelah menerima pembayaran, ia melanjutkan perjalanan.

Sekira berjarak seribu meter dari penjual air legen, seorang pedagang es sirop sedang sibuk mencuci sedotan plastik yang berwarna-warni. Sedotan itu ia kumpulkan dari gelas-gelas bekas para konsumen yang menenggak es sirop buatannya. Sedotan itu kemudian dilap menggunakan lap lusuh yang multiguna, untuk mengelap gelas basah, untuk mengelap tumpahan air di gerobaknya, juga untuk mengelap jemarinya yang basah.

Dan masih ada beberapa peristiwa yang kira-kira hampir seperti itu kejadiannya. Barangkali, kita menjadi salah satu konsumen mereka.

Selamat menikmati es cingcau yang segar itu, kawan!