Kang Kardi bersemangat MLM

Saya mengenal Kang Kardi sejak tahun 1995. Ia tukang cukur langganan saya. Ia sudah sangat paham dengan model rambut sesuai keinginan saya, yang kebetulan memang hanya bergaya begitu-begitu saja. Hasil cukurannya rapi, pijitannya pun bikin nyamleng di kepala. Suatu hari, ketika saya dalam daftar tunggu cukur,  ia menyuguhkan secangkir kopi ginseng panas. Ketika tiba giliran saya dicukur ia mulai menanyakan pengaruh kopi ginseng terhadap kesegaran tubuh saya. Bla..bla..bla… ia pun menawarkan program MLM. Karena saya jenis orang yang susah menolak keinginan teman, saya pun didaftar sebagai down-line Kang Kardi.

Ini pengalaman pertama saya mengikuti MLM. Tak jarang, jika Kang Kardi kesulitan tempat untuk berkumpul, saya tawarkan salah satu ruang di rumah saya. Semua demi solidaritas saja, kawan. Saya sendiri tidak aktif untuk mencari down-line, tetapi kopi ginseng dan vitamin C dosis tinggi secara rutin saya beli meskipun nanti sebagian akan saya bagi-bagi ke teman yang lain.

Pada tahun 1997 akhir, Kang Kardi mendapatkan bonus motor. Sebagai teman, saya ikut senang. Dalam waktu dua tahun itu, saya ditawari ikutan MLM jenis yang lain oleh kolega saya. Dengan alasan yang sama – susah menolak, saya pun jadi down-line. Hmm… lumayan mahal uang anggotanya. Pernah sekali, saya ikut pertemuan di hotel berbintang di bilangan Sudirman Jakarta, wow.. jauh berbeda dengan para anggota MLM-nya Kang Kardi. Anggotanya necis-necis dan harum semerbak mewangi. Di MLM ini saya pun tidak aktif, tetapi sesekali saya berbelanja obat jerawat yang super-duper manjur, sekali oles jerawat kering atau sabun cuci yang konon bisa menghilangkan aneka noda.

Kembali kepada cerita Kang Kardi. Setelah punya motor dan sibuk mencari dan membina down-line, Kang Kardi jadi sering absen mencukur pelanggannya. Saya pun mulai pindah ke tukang cukur lain.

Semenjak itu saya jarang bertemu Kang Kardi. Sementara itu, perusahaan MLM makin banyak dan kira-kira sebanyak itulah kartu anggota saya ha..ha..ha.. Ada yang MLM parfum, MLM Calsium, MLM ekstrak lidah buaya, MLM pulsa, MLM Klorofil, dan sebagainya. Semua karena saya tidak bisa menolak tawaran teman untuk ikut MLM.

Tahun 2002 jaringan MLM Kang Kardi terpuruk. Sebetulnya tidak hanya dia yang mengalami ‘kehancuran jaringan’ tetapi hampir seluruh jaringan di Kabupaten. Kang Kardi segera banting stir ke MLM lain. Ia datang ke rumah untuk menawari saya jadi down-linenya. Ia tersenyum getir ketika saya tunjukkan kartu anggota saya. Ia juga bercerita kalau peralatan cukurnya ia jual untuk modal MLM yang baru. Motornya? Sudah lama dijual. Beberapa bulan kemudian ia datang lagi, menawarkan MLM yang lain, dan yang membuat ia kecewa lagi ketika saya sudah jadi anggotanya. Saat itu saya tawarkan kerja sama untuk mengelola barber-shop, tetapi ia menolak. Ia masih ingin bisnis MLM. Ia masih ingin mengejar mimpi punya rumah gedongan, pergi keluar negeri atawa punya mobil mewah.

Selepas pertemuan itu, saya tidak tahu kabar Kang Kardi.

Hari minggu kemarin, jadwal saya memotong rambut. Rencana saya akan ke bengkel dulu sebelum potong rambut. Dalam perjalanan menuju bengkel, saya melihat sebuah plang tukang cukur “PANGKAS RAMBUT GAYA REMAJA” yang rasa-rasanya pernah saya kenal.

Sepulang dari bengkel saya mampir ke “GAYA REMAJA”. Saya sangat mengenal siapa tukang cukurnya, yang saat itu sedang melayani satu pelanggannya.

“Lekum. Kang Kardi masih ingat saya?” sapa saya.

Ia kaget melihat kedatangan saya, dan secara spontan memeluk saya. Tapi, kenapa ia menangis?

“Mangga duduk Mas, saya selesaikan yang ini dulu,” kata Kang Kardi sambil mengusap air matanya.

Sambil menunggu giliran dicukur saya baca koran edisi kemarin yang tergeletak di meja. Mata saya menyapu ruangan dan ada yang membuat saya tersenyum.

Di pojok ruangan, ada meja kecil di atasnya thermos ukuran sedang, di sampingnya tiga gelas yang tertelungkup, lalu di sebelah kirinya terdapat beberapa sachet kopi ginseng!