Pelajaran dari Cile

Berita mengenai terjebaknya 33 petambang di perut bumi di Gurun Atacama Cile, awalnya saya dengar dari radio BBC siaran Indonesia ketika perjalanan pulang kantor, lalu saya menyaksikan beritanya di beberapa siaran televisi.

Pada 5 Agutus 2010, kira-kira 70.000 ton bebatuan roboh dan membuat mereka terjebak. Penyebab robohnya bebatuan, menurut salah seorang pejabat Codelco – perusahaan pemilik tambang emas dan tembaga itu, perusahaan telah mengikis hingga ke lorong-lorong penyekat selama bertahun-tahun sehingga membuat penyokong lantai-lantai pertambangan rapuh. Ini pelajaran pertama, mengakui perbuatan yang dilakukannya.

Pelajaran kedua adalah solidaritas. Kisah mereka sangat menarik. Para petambang yang terjebak itu menyatakan bahwa keteguhan hati, kerja sama, iman, harapan, dan kebersamaan menjadi motivasi dan keyakinan yang luar biasa yang membut mereka bertahan dan membuat mereka bebas dari rasa cemas. Belum pernah terjadi sepanjang sejarah manusia, kejadian terjebak begitu dalam di bawah permukaan tanah selama 69 hari.

Kisah Luiz Urzua, pemimpin yang menyemangati ke-32 petambang lain, bisa diambil menjadi pelajaran ketiga. Ia mengatur penjatahan sepuluh kaleng ikan tuna dan air selama 17 hari terputus total dari dunia luar, sehingga mereka bisa bertahan. Hebatnya, saat penyelamatan dilakukan diketahui bahwa tidak seorang pun dari mereka mengalami gangguan fisik dan mental serius.

Lalu, siapa otak di balik penyelamatan ke-33 petambang yang terjebak itu? Ia adalah Andre Sougarret, seorang insinyur lulusan Fak. Pertambangan Universitas Cile. Dari Sougarret inilah, pemirsa televisi di dunia mengenal istilah teknik seperti strata, teknik memutar, penutup, dan rock-quality designation (RQD). Sougarret mengatakan bahwa kesuksesan operasi terjadi karena kejelasan tujuan dan definisi. Penyelesaian masalah dengan transparan dan komunikasi yang baik merupakan bagian penting dari suksesnya operasi berbiaya Rp 210 miliar itu. Apalagi Presiden Sebastian Pinera dan kabinetnya, memberikan dukungan penuh terhadap operasi penyelamatan. Ini pelajaran keempat, komunikasi dan koordinasi yang baik.

Pelajaran kelima, keutuhan lembaga keluarga. Ketika satu persatu petambang berhasil diselamatkan berkat ‘kapsul’ rancangannya, Sougarret tak dapat menahan air matanya.  “Tujuan utama adalah menyatukan petambang untuk bisa kembali kepada keluarganya. Setiap kali petambang muncul, hati saya tersentuh,” katanya. “Saya seorang manusia, percaya kepada lembaga keluarga. Saat mereka muncul satu per satu, benar-benar menjadi momen yang sangat emosional untuk saya,” tambahnya.

Oleh banyak kalangan, mereka dijuluki simbol keteguhan dunia dan ikon patriotisme dalam negeri.