Kabotan Jeneng

Dalam tradisi Jawa, pemberian nama pada seorang anak merupakan suatu ritual yang dilakukan pada hari kelima setelah kelahiran, yang biasa disebut sepasaran bayi. Tetangga dan kerabat akan datang sebagai saksi pemberian nama bagi si bayi. Semakin modern suatu peradaban, akan mempengaruhi orang tua dalam memberikan nama bagi anaknya. Misalnya, jika orang tuanya mengidolakan John Cusack bisa saja dia akan memberikan nama kepada anaknya Slamet Cusaktiono atau Jono Kusakmono. Perkara nama-nama orang Jawa pernah saya tuliskan di sini.

Dalam memberikan sebuah nama, orang tua tentu tidak sembarangan. Nama adalah doa dan harapan, supaya kelak si anak jadi anak yang baik. Karena salah memberikan sebuah nama, tidak jarang menyebabkan si anak akan sakit-sakitan atau kebangetan nakalnya. Istilah ini dikenal dengan kabotan jênêng atau keberatan nama. Jika hal ini terjadi maka orang tua akan mengganti nama si anak, bahkan melalui upacara ruwatan.

Bagaimana jika sudah diganti tetap sakit-sakitan atau makin menjadi nakalnya? Orang tua akan mengganti namanya lagi, sampai si anak benar-benar kuat memanggul namanya.

Bung Karno, presiden Republik Indonesia pertama itu pernah juga kabotan jênêng. Kisah ini saya sadur dari buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis oleh Cindy Adams, halaman 36 – 38.

Nama kelahiranku adalah Kusno. Aku memulai hidup ini sebagai anak yang penyakitan. Aku mendapat malaria, disentri, semua penyakit dan setiap penyakit. Bapak menerangkan, “Namanya tidak cocok. Kita harus memberikan nama lain supaya tidak sakit-sakitan lagi.”

Bapak adalah seorang yang sangat gandrung pada Mahabharata, cerita klasik Hindu jaman dahulu kala. Aku belum mencapai masa pemuda ketika Bapak menyampaikan padaku, “Kus, engkau akan kami beri nama Karna. Karna adalah salah seorang pahlawan terbesar dalam cerita Mahabharata.”

“Kalau begitu tentu Karna seorang yang sangat kuat dan sangat besar,” aku berteriak kegirangan.

“Oh ya, nak,” jawab Bapak setuju, “Juga setia pada kawan-kawan dan keyakinannya, dengan tidak mempedulikan akibatnya. Tersohor karena keberanian dan kesaktiannya. Karna adalah pejuang bagi negaranya dan seorang patriot yang saleh.”

Sambil memegang bahuku dengan kuat Bapak memandang jauh ke dalam mataku. “Aku selalu berdoa,” dia menyatakan, “agar engkau pun menjadi patriot dan pahlawan besar dari rakyatnya. Semoga engkau menjadi Karna yang kedua.” Nama Karna dan Karno sama saja. Dalam bahasa Jawa huruf “A” menjadi “O”. Awalan “Su” pada kebanyakan nama kami berarti baik. Jadi Sukarno berarti pahlawan yang paling baik.