Jins

Saya penyuka celana jins, karena dipakainya sangat nyaman. Sehari-hari saya memakainya, bahkan untuk pakaian kerja. Kombinasi paling aman, menurut saya, jins dipadupadankan dengan batik.

Namun, saya nggak suka jins belel. Celana jins saya cuci saban harinya, umur pemakaian paling lama 24 jam [kecuali jins kesayangan, agak buluk – bias dipakai 3 X 24 jam]. Dalam keadaan selalu bersih dan segar akan menambah kenyamanan pemakaian celana jins.

Ada tiga merk jins yang cocok dengan selera saya, salah satunya, tentu saja, Levi’s sang pemula pembuat celana model jins.

Waktu itu di Amerika Serikat sedang booming emas. Adalah Levis Strauss, ikutan mengadu nasib ke sana sebagai pedagang pakaian. Dagangan Levi Strauss laris manis. Suatu ketika ia kehabisan bahan untuk membuat celana dan ia melihat ada kain kanvas yang biasa untuk membuat tenda. Ia potong kain kanvas itu untuk dibuat menjadi beberapa celana dan ia jual kepada para penambang emas. O la la, ternyata para penambang emas sangat menyukai celana buatan Levi Strauss, karena tahan lama dan tidak mudah rusak. Peluang tersebut ia manfaatkan sebaik-baiknya. Selanjutnya, ia memperkenalkan celana buatannya di Amerika Serikat menggunakan nama Blue Jeans. Pada tahun 1880 berdiri pabrik celana jins pertama di dunia, dengan produk disain pertama yang diberi nama Levi’s 501.

Perhatikan celana jins Anda. Ia memiliki 5 saku yakni 2 di depan, 2 di belakang, dan 1 saku kecil di dalam saku depan sebelah kanan. Lima saku inilah ciri utama jins buatan Levi’s dan jins-jins lainnya mengikutinya. Dulu, maksud Levi’s membuat saku kecil tersebut ternyata bukan hanya berfungsi sebagai fesyen, saat itu untuk menyimpan butiran emas yang berukuran kecil.

Bagi saya, saku kecil tersebut biasa saya gunakan untuk menyimpan uang koin – yang kalau lupa mengeluarkannya, saat dicuci sering keluar sendiri dan mengganggu putaran mesin cuci.