“Dengan menjadi pengantin bom, kamu akan masuk surga. Tanpa hisab,” ia tersenyum ketika kalimat tersebut terngiang di telinganya. Ia raba bagian dadanya, rakitan bom itu masih berada di balik bajunya.
Sang khatib membaca doa penutup khotbah jumatnya. Semua jamaah khusuk mengaminkan doa yang terucap. Tetapi ia semakin gelisah, tiada bisa berkonsentrasi pada doa khatib. Saatnya tiba. Blaarrrrr!!!!
Semua menjadi gelap. Ia terkapar, lalu bangkit. Tubuhnya terasa sangat ringan. Ia menyaksikan banyak orang tergeletak, luka parah. Sementara tubuhnya sendiri terbelah menjadi dua. Ia segera melangkah meninggalkan tempat itu. Ia berjalan menjauh, tetapi tanpa arah.
Akhirnya, ia terdampar pada sebuah gurun pasir yang sangat panas. Sendirian, tiada kawan.
Ia berteriak lantang, “Di mana letak surga yang kamu janjikan?!”