Penyamaran Pandawa

Setelah kalah main dadu, Pandawa harus menjalani masa pembuangan selama 13 tahun. Dan masa pembuangan tersebut telah berakhir, tetapi Pandawa tidak serta merta muncul ke Kerajaan Hastina. Mereka akan melakukan penyamaran terlebih dahulu selama 12 bulan.

Yudhistira bercakap-cakap dengan para adiknya, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Semua sepakat dengan perannya masing-masing. Yudhistira menyamar sebagai pengawal raja, Bima sebagai juru masak, Arjuna berdandan a la banci untuk mengajar tari, Nakula sebagai perawat kuda dan Sadewa sebagai pengembala sapi.

Bagaimana dengan Drupadi? Yudhistira segera menghampiri istrinya dan berkata, “Sayangku….. ,” suara Yudhistira tercekat di tenggorokan. Tak tega hatinya untuk membuat permaisurinya itu menjalani masa penyamaran selama setahun ke depan, sementara kemarin telah dengan setianya Drupadi mendampinginya selama 13 tahun dalam masa pembuangan. Yudhistira demikian cinta dan sayangnya kepada istrinya itu, tentunya ia merasa tidak pantas meminta Drupadi melakukan penyamaran.

“Mas Yudhis, aku tahu kamu mengkuatirkan diriku. Kamu jangan bersedih mas. Masa setahun dalam penyamaran akan aku jalani. Begini. Semua sudah mendapatkan peran dalam penyamaran nanti. Bagaimana kalau dalam penyamaran aku menjadi seorang pelayan permaisuri raja? Bukankah tadi mas Yudhis akan menyamar sebagai pengawal raja?”

Yudhistira tidak bisa berkata-kata. Ia terharu akan kesetiaan istrinya itu, tetapi tak lama kemudian ia tersenyum tanda menyetujui gagasan Drupadi.

Demikianlah, Pandawa dan Drupadi melakukan penyamaran dan raja yang akan dituju untuk pengabdian mereka adalah Raja Wirata, seorang raja yang terkenal sangat bijaksana.

Ternyata tidak mudah meminta pekerjaan kepada Raja Wirata. Bukan karena tidak ada lowongan pekerjaan yang harus dikerjakan oleh Pandawa, tetapi sebagai seorang yang wastika, Raja Wirata mengetahui bahwa Pandawa dan Drupadi bukan orang kebanyakan.

“Kalian lebih pantas dilayani daripada melayaniku!” kata Raja Wirata.

“Baginda, tolonglah kesulitan hamba dan adik-adik hamba untuk memperoleh penghidupan di istana Paduka Raja,” tukas Yudhistira.

Akhirnya mereka diterima bekerja di lingkungan istana Wirata. Yudhistira saban hari mendampingi Raja Wirata dalam memimpin kerajaan termasuk saat raja ingin berburu atawa bermain dadu. Bima – yang ternyata pandai memasak, diangkat menjadi kepala koki kerajaan. Sesekali ia menunjukkan kepandaian bergulatnya di depan sang raja, ketika digelar hiburan di balairung istana.

Arjuna sendiri berganti nama menjadi Brihanala, seorang banci yang pandai seni tari. Ia mengajari putri Raja Wirata yang bernama Utari. Oh, tidak hanya itu, Arjuna juga bisa bermain musik dan menyanyi. Utari sangat senang mempunyai guru seni seperti Brihanala itu.

Nakula dan Sadewa, saudara kembar itu memang bekerja yang berurusan dengan ternak. Setiap saat mereka bisa saling bertemu.

Bagaimana dengan Drupadi? Seperti keinginannya, ia menjadi pelayan pribadi Sudesha – permaisuri Raja Wirata. Itulah kehidupan. Drupadi sang permaisuri Yudhistira menjadi seorang pelayan.

~oOo~

Suatu hari, Raja Wirata kedatangan panglima tertinggi Kerajaan Matsya, yang bernama Letjen Kicaka. Selain urusan dinas, Kicaka juga mengunjungi kakaknya yang sekarang menjadi permaisuri Raja Wirata, Sudesha. Ya, mereka kakak beradik.

“Mbak Sudes, rasanya aku baru sekali ini melihat pelayanmu ini? Siapa dia?” tanya Kicaka kepada Sudesha.

“Oh iya, perempuan ini bernama Sairandri. Ia pengawal pribadiku,” jawab Saudesha.

“Mbak, perempuan ini cantik sekali. Biarlah ia kubawa untuk aku jadikan sebagai istri!” Kicaka terpesona oleh kecantikan Drupadi, hingga ia tidak bisa mengendalikan hasratnya untuk mendapatkan cinta Drupadi. “Bagaimana Sairandri? Kamu aku lamar menjadi istriku. Kamu akan mendapatkan seorang panglima tertinggi dari sebuah kerajaan besar! Aku kasmaran berat nih

Perasaan Drupadi bergejolak. Tawaran asmara Kicaka membuatnya terguncang dan membuatnya sangat kebingungan bagaimana cara menolak keinginan Kicaka.

“Tuan, saya sudah bersuami. Dan suami hamba itu raksasa jahat yang akan membunuh siapa saja yang berani mengusik kehormatan istrinya,” jawab Drupadi dalam isak.

“Ha..ha..ha… aku bukan anak kecil yang bisa kamu takut-takuti seperti itu Sairandri. Ingat, aku akan memaksamu!” kata Kicaka.

Dan inilah awal petaka yang akan dialami Drupadi dalam penyamarannya.