Insya Allah, saya nggak (akan) golput

Surat dari ibu Mega tertanggal 14 Maret 2014 itu saya baca dengan tartil. Saya seakan membaca surat yang dikirimkan oleh ibu saya, ya rasa bahasanya ya bentuk tulisannya. Ada getaran haru di dada saya.

“Saya Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Kepada seluruh rakyat INDONESIA jang mempunjai mata hati, keadilan & kejujuran di manapun kalian berada!”

  1. Dukung Bapak Joko Widodo sebagai CALON PRESIDEN dari: PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN.
  2. Jaga dan amankan jalannja Pemilu Legislatif – terutama di TPS2 dan proses perhitungan jang berjalan dari segala bentuk kecurangan & intimidasi.
  3. Teguh & tegarkan hati dalam mengawal DEMOKRASI di REPUBLIK INDONESIA tercinta!

Megawati Soekarno Putri
14 Maret 2014

Saudara2 sekalian sebangsa dan setanah air jang tercinta! Dua hari lagi kita sebagai bangsa akan memulai sebuah proses demokrasi, jaitu Pemilu Legislatif.

Setelah mengamati selama ini dengan cermat & seksama berjalannja situasi & kondisi di negara kita maka dengan ini saya MEGAWATI SOEKARNO PUTRI Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, memberikan mandat kepada saudara Ir. Joko Widodo sebagai petugas partai untuk menjadi CALON PRESIDEN dari PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN.

Perintah ini untuk dilaksanakan se-baik2nja dengan penuh dedikasi & tanggung jawab bagi bangsa & negara INDONESIA!

14 Maret 2014
Megawati Soekarno Putri

Joko Widodo akhirnya ditetapkan sebagai Capres. Mulia betul hati ibu Mega yang dengan legowo “menyerahkan” tampuk pimpinan bukan dari kalangan berdarah Soekarno. Ibu Mega memilih madeg dadi pandita, menjadi ibu bangsa sebagai tempat rakyat dan para pemimpinnya mendapatkan nasihat dan petuah-petuahnya.

Saya menduga ibu Mega menyadari kalau “wahyu keraton” tidak akan jatuh di pangkuannya, tetapi kepada lelaki kurus yang berasal dari lereng G. Lawu, yang lahir dan dibesarkan di tepian aliran Bengawan Solo. Semoga saja, lelaki yang prejengan-nya mirip Bathara Kresna dan mempunyai nama sangat sederhana ini sebagai “satrio piningit” yang diramal oleh beberapa kalangan yang mempunyai tingkat kewaskitaan yang tinggi. Satrio Piningit inilah yang akan membuat hidup rakyat sejahtera. Tak ada tangis, yang ada hanya senyum dan ketawa bahagia.

Dua tahun lalu saya pernah menyamakan nasib Joko Widodo dan Joko Tingkir dalam meraih kekuasaan (silakan baca tulisan Jokoting dan Jokowi. Bisa jadi, nasib yang sama akan berlanjut ketika Joko Tingkir dari Adipati Pajang berhasil menjadi Raja Demak Bintoro, sedangkan Joko Widodo dari Gubernur DKI menjadi Presiden Republik Indonesia.

Semoga satu suara dari hasil coblosan saya di Pilpres nanti dapat ikut mengantarkan Ir. Joko Widodo menjadi Presiden RI berikutnya. Insya Allah,  saya nggak (akan) golput.