Begitu deklarasi pencapresan Jokowi dilakukan secara resmi, banyak lawan politiknya yang berkata nyinyir. Inti dari komentar mereka adalah Jokowi belum pantes menjadi presiden karena belum berpengalaman.
Memang yang dimaksud mereka dengan belum berpengalaman itu apa? Kalau maksudnya pengalaman jadi presiden, memang ada yang sudah berpengalaman jadi presiden selain Mega dan SBY? Toh keduanya tidak mencalonkan lagi menjadi presiden.
Kalau maksudnya pengalaman pernah nyapres, betul sekali kalau Jokowi belum pernah sekalipun nyapres. Beberapa dari mereka yang ingin jadi presiden memang punya pengalaman nyapres, tapi belum sekalipun kejadian duduk di kursi presiden. Dan tak dipungkiri, umur mereka sekarang sudah pada tuwir!
Kalau maksudnya belum berpengalaman mengelola pemerintahan tingkat nasional, siapa sih memang yang pernah berpengalaman? Para kandidat yang sekarang ini maju sebagai capres, pengalaman mengelola pemerintahan paling banter menjadi menteri doang. Menteri itu cuma pembantunya presiden. Mau dihitung dari jam terbang mana? Bagaimana dengan kandidat lain yang belum pernah sekalipun bersentuhan dengan tata kelola pemerintahan?
Kalau mau objektif, bukankah Jokowi yang paling berpengalaman mengelola pemerintahan (meskipun tingkat lokal) secara komplit? Tupoksi seorang walikota atau bupati atau gubernur mirip-mirip dengan tupoksi presiden. Ia mengurus wilayah yang menjadi daerah kekuasaannya. Ia mempunyai SKPD yang mirip dengan kementerian. Ia yang berfungsi sebagai eksekutif akan bersama-sama instansi legislatif dan yudikatif menjalankan pemerintahan. Ia juga berkoordinasi dengan instansi pertahanan dan keamanan. Hal ini sama persis dengan lembaga Presiden dan lembaga tinggi lainnya.
Walikota mengurusi Indonesia seluas wilayah Kotamadya. Gubernur mengurusi Indonesia seluas wilayah Provinsi. Dua jabatan ini pernah dan sedang disandang oleh Jokowi. Ngurus Indonesia? Mirip-miriplah dengan ngurus Jakarta. Ntar Jokowi malah lebih leluasa memanggil menteri dan para gubernur dengan satu perintah: mari bareng-bareng kita beresin masalah banjir dan macet Jakarta.
Semakin Jokowi dikuya-kuya, semakin moncer pamornya. Rakyat suka terenyuh hatinya ketika melihat orang didzalimi.
Biarlah tangan-tangan rakyat yang akan memilih siapa nanti yang menjadi presiden.
Jadi, lebih baik bersaing secara sehat.