Inong

mBak Inong sedang jadi pusat pemberitaan akhir-akhir ini di beberapa media massa. Ia perempuan cantik dan seksi. Saya tidak mengenalnya sama sekali. Tetapi karena bombardir berita yang terbaca setiap hari, saya – dan mungkin Anda, menjadi mengenal sedikit kehidupan pribadi mBak Inong yang agak jenong itu.

Hah, jenong?! Ya, mumpung lagi membahas sebuah kata yang mengandung frasa nong, mari kita menelusurinya lebih lanjut. Jenong berarti dahi yang menonjol ke depan atawa dalam istilah lain disebut dengan nong-nong. Jadi ingat di masa sekolah dulu, ada seorang teman cewek yang mendapatkan julukan si jenong, hanya karena ia mempunyai jidat yang agak menonjol ke depan dan lebarnya seluas “lapangan futsal”.

Lalu ada lenong, yaitu seni pertunjukan teater tradisional Betawi yang diiringi musik gambang kromong. Lakonnya mengandung pesan moral, seperti menolong yang lemah serta membenci kerakusan dan perbuatan tercela, meskipun disampaikan dengan cita rasa humor.

Mungkin Anda mengenal nama sebuah pohon yang bernama Winong atawa Binong dalam bahasa latinnya disebut Tetrameles nudiflora, karena pohonnya tinggi besar, kekar, akarnya pun besar dan menghunjam ke bumi. Beberapa kalangan menyebutnya sebagai pohon keramat karena ia biasa tumbuh di tempat-tempat yang dianggap angker. Di Kab. Subang ada sebuah kecamatan yang bernama Binong.

Dalam peralatan gamelan Jawa ada salah satu instrumennya yang dinamakan kenong, tersusun pada pangkon berupa kayu keras yang dialasi dengan tali. Pada saat dipukul kenong tidak akan bergoyang ke samping namun dapat bergoyang ke atas bawah, sehingga menghasilkan suara. Nama kenong sendiri berasal dari bunyi yang dihasilkan peralatan gamelan ini yang tertangkap di telinga berbunyi “ning-nong”. Dalam irama gamelan, suara kenong mengisi sela-sela antara kempul.

Mari menengok dapur ibu. Di sana kita temukan tenong, yaitu peralatan dapur yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk lingkaran. Selain digunakan sebagai tempat makanan, tenong digunakan juga untuk hantaran yang dibawa dengan cara ditaruh di atas kepala. Di beberapa daerah pedesaan, tenong digunakan pada saat upacara adat.

Konon, nama Bandung berasal dari kata banong. Bagaimana bisa? Kata banong sama dengan kata Bandong, karena terjadi nasalisasi, konsonan rangkap [ bandong = b a nd o ? ] menjadi [ b a n o ? ].

Mungkin Anda punya referensi lain?