Kamingsun terlahir dari keluarga kalangan kelas bawah. Sejak ia kecil sudah terbiasa dengan hidup dengan serba kekurangan. Bapaknya yang kerja serabutan, belum tentu membawa uang ke rumah. Emaknya akan mengandalkan hutang ke warung tetangga untuk makan sehari-harinya. Tetangganya itu percaya saja, sebab emak Kamingsun akan membayar hutang-hutangnya meskipun sering tidak tepat waktu.
Bahkan tak jarang, jika emak sungkan pergi ke warung (karena masih punya tanggungan hutang yang belum terbayar) ia akan menyuruh Kamingsun ke warung, membeli kecap misalnya, dengan berbekal ucapan: nanti emak yang akan bayar. Lalu biasanya pemilik warung akan mencatat hutang tersebut di buku bersampul batik-lurik.
Bapak dan emak – meskipun kurang mampu secara ekonomi – tetap menyekolahkan Kamingsun hingga lulus sarjana muda. Kalau sedang musim bayar uang semester, emak akan menggadaikan kain atau cincin satu-satunya yang beratnya tak sampai empat gram itu.
Zaman telah berubah demikian cepat. Kamingsun yang telah bekerja kurang dari setahun itu sudah berani mengawini perempuan pujaan hatinya, sebut saja namanya Ending. Mereka berumah tangga bermodal cinta belaka, tanpa harta-benda warisan orang tua.
Mereka tinggal di rumah petak, sepertiga gajinya untuk membayar kontrakan. Sebagai ibu rumah tangga, Ending kudu pinter mengatur gaji suaminya. Untuk melengkapi koleksi peralatan dapur Ending mengandalkan Asep mindring, tukang kredit panci yang berasal dari Tasik. Saban hari Kamis Asep mindring datang ke kampung Kamingsun menawarkan aneka alat rumah tangga.
Kini Kamingsun sudah punya motor. Syarat memiliki motor baru sangat mudah dan prosesnya tiada berbelit: kredit dengan DP sangat ringan. Kamingsun ambil cicilan 36 bulan. Target Kamingsun berikutnya: memiliki rumah, tipe RSS dengan sistem KPR-BTN (Kepingin Punya Rumah – Biar Tidak Numpang) nanti setelah kredit motornya lunas.
Dengan bantuan DP dari Jamsostek, Kamingsun akhirnya menandatangani akad kredit rumah untuk jangka waktu sepuluh tahun. Ending semakin mendisiplinkan diri mengatur keuangan keluarga, apalagi sekarang mereka telah memiliki dua anak, yang sulung sebentar lagi masuk SD.
Untuk masuk sekolah meskipun level sekolah dasar dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apakah Kamingsun punya tabungan? Sayangnya, tidak. Koperasi pabrik tempat ia bekerja yang menjadi andalannya. Sebagai anggota koperasi ia berhak mendapatkan pinjaman dengan bunga rendah. Cicilan dipotong dari gajinya. Keberadaan koperasi sangat membantunya, sebab begitu hutangnya lunas ia bisa mengajukan pinjaman lagi. Pokoknya, bisa hutang di sana selama hayat dikandung badan.
Kamingsun dan Ending asoi-asoi saja meskipun hidupnya tergantung kepada hutang. Ia berhutang bukan untuk keperluan konsumtif. Kamingsun menjaga betul rahasia ke-asoi-an hidupnya itu, yakni ia akan menjadi pekerja yang baik, tak pernah membolos atau izin sakit, supaya ia tetap mendapatkan gaji bulanan.
Sebab dengan penghasilan rutinnya itu ia akan dapat memberesi satu per satu hutang-hutangnya.
Kawan, jika engkau hendak berhutang, lakukan dengan perhitungan matang!