Pak Bejo betul-betul bejo

Kemarin Pak Bejo mengundang tetangga, kerabat dan teman-temannya dalam acara pamitan pergi haji. Ya, minggu depan ia dan istrinya akan melakukan ibadah haji. Sebagaimana adat orang beradab, ia berpamitan dan meminta doa-restu dari segenap hadirin serta menitipkan harta-benda dan keluarga yang ditinggalkannya.

Dikutip dari artikel Pak Bejo

Pak Bejo dan istrinya telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut para tetangga yang akan mengiringi kepergiannya ke Tanah Suci. Tentu saja mereka ingin menjamu para tamu dengan aneka kue, dan bagi pengantar telah disiapkan nasi boks untuk sangu di perjalanan menuju asrama haji.

Arkian, selepas subuh Pak Bejo mendapatkan telepon dari Depag kalau ia tertunda keberangkatannya tersebab ada kendala visa, sementara visa istrinya tidak ada masalah. Serombongan Pak Bejo ada sekitar 3o orang yang tidak bisa berangkat sesuai nomer kloternya.

Pak Bejo shock. Para tetangga dan kerabat pun membesarkan hatinya, meskipun terdengar bisik-bisik kalau kali ini Pak Bejo tidak benar-benar bejo, setidaknya untuk urusan keberangkatan haji.

Pihak Depag sebetulnya telah memberikan penghiburan kepada Pak Bejo kalau ia pasti diberangkatkan, pada kloter-kloter selanjutnya. Akhirnya disepakati kalau istri Pak Bejo tidak berangkat juga. Masak suami-istri kok berangkat sendiri-sendiri gara-gara terpisah kloternya.

Pak Bejo semakin banyak beristighfar. Shalat lima waktu ia lakukan di masjid, untuk menenteramkan jiwanya.

Waktu keberangkatan yang ditunggu-tunggu tiba. Kloter Pak Bejo masuk pada gelombang 2 yang artinya langsung masuk ke Kota Mekkah, baru nanti selesai ibadah haji rombongan bergerak ke Kota Madinah. Ini kebejoan pertama.

Kebejoan berikutnya mulai dirasakan olehnya, yaitu ia mendapatkan maktab (tempat tinggal selama beribadah haji) lebih dekat dengan Masjidil Haram dibandingkan dengan kloter sebelumnya yang seharusnya menjadi jatahnya dulu. Berarti akan memudahkan dirinya untuk lebih khusuk dalam beribadah, tidak begitu capek.

Rupanya kebejoan semacam ini menggelitik rasa ingin tahu para jamaah masjid tempat Pak Bejo shalat, dan mereka bertanya kepada pak Ustadz. Dan pak Ustadz pun memberikan jawaban kalau kebiasaan beristighfar itu dapat mendatangkan kesenangan atau kenikmatan yang baik secara terus-menerus, sebagaimana tersebut dalam QS 11 : 3.