Hidup sebatang kara akibat mata ke ranjang

Ungkapan “hidup sebatang kara” menggelitik hati saya untuk menelusuri asal-usul ungkapan tersebut. Sebatang kara berarti hidup sendiri tanpa sanak-keluarga dan serba kekurangan. Kara itu benda apa sih, kenapa disebutkan sebagai sebatang bukan sebuah?

Sepanjang pemahaman saya, kara termasuk jenis tumbuhan kacang-kacangan. Di Jawa sering disebut sebagai kara benguk (Mucuna pruriens DC). Tanaman ini tumbuh merambat pada batang pohon lain di dekatnya. Batang, daun dan permukaan kulit buahnya dilindungi semacam bulu sehingga sangat mirip dengan biji kedelai, hanya saja ukurannya  lebih besar. Di beberapa wilayah Indonesia, biji kara benguk ini dibikin tempe benguk.

Ssst… ada khasiat lain dari kara benguk ini, yaitu bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan vitalitas pria. Di Brazil, biji kara benguk disangrai, digerus hingga halus lalu diseduh dengan air panas seperti kopi yang diyakini mampu mengurangi gejala tremor atau gemetar pada parkinson serta bisa mengatasi impotensi. Nah, ada yang unik lagi yaitu memanfaatkan daun kara benguk yang sudah dikeringkan. Caranya dengan merajangnya seperti tembakau, lalu dibakar dan dihisap dengan pipa atau dibungkus kertas rokok. Hal ini juga bermanfaat untuk meningkatkan gairah seks pria.

Di negara India, khasiat biji kara benguk untuk kejantanan pria pernah juga dibuktikan dalam sebuah penelitian: mengkonsumsi 5 gram kara benguk rebus tiap hari bisa meningkatkan jumlah sel sperma sehingga makin poten untuk membuahi sel telur. Kalau di Thailand, praktik pengobatan tradisional dengan kara benguk sudah berlangsung berabad-abad lamanya. Konon, kara benguk cukup potensial untuk dikembangkan sebagai pengganti viagra.

Lalu bagaimana dengan ungkapan mata keranjang? Ungkapan ini dipakai untuk menggambarkan suatu sifat dari seseorang (biasanya lelaki) yang menggunakan matanya untuk melihat lawan jenis sehingga tergiur dan menimbulkan gairah asmara. Bayangkan sebuah keranjang (yang terbuat dari anyaman bambu), perhatikan kalau anyamannya tidak rapat benar. Nah, lubang-lubang di keranjang ini disebut dengan mata-mata keranjang. Mata yang jumlahnya banyak. Lelaki mata keranjang sebenarnya matanya cuma dua saja, tetapi ia mampu memfungsikan kedua matanya seperti banyak mata. Jelalatan gitu deh!

Ada juga yang mengatakan jika ungkapan mata keranjang itu berasal dari kalimat [dari] mata ke ranjang. Sebelum EYD berlaku, untuk menuliskan “ke ranjang” kata depan digabung dengan kata pengikutnya sehingga ditulis “keranjang”. Tidak mau kalah dengan istilah dari mata turun ke hati, para lelaki bermahzab playboy memplesetkannya dengan dari mata turun ke ranjang, yang artinya tergiur melihat lawan jenisnya dengan mata, lalu pikirannya tertuju ke ranjang (seks).

Jangan-jangan ia habis mengkonsumsi kopi biji kara benguk ya?