Haji tower

Lik Sar, demikian ia biasa dipanggil namanya, tetangga kami yang minggu lalu pulang dari ibadah haji. Sebagai tetangga yang baik, kami menyambut kedatangan Lik Sar dan istrinya. Semoga mereka berdua mendapatkan predikat sebagai haji yang mabrur.

Kami mengenal Lik Sar sebagai lelaki yang sederhana. Seperti halnya kami, profesi Lik Sar juga sebagai buruh tani. Jika dinalar memang mustahil bagi Lik Sar bisa berangkat naik haji. Tapi kalau Gusti Allah sudah punya kehendak tak ada makhluk yang kuasa menolaknya.

“Di depan Kabah saya tidak lupa mendoakan kalian semua supaya bisa naik haji seperti saya dan istri,” ujar Lik Sar dengan wajah berbinar.

Semua yang hadir mengaminkan doa Lik Sar.

“Lik, mbok diceritakan keajaiban selama di Tanah Suci sana?” tanya mas Wagiyo yang selama ini ketitipan rumah selama Lik Sar berhaji.

“Keajaiban yang saya alami sebetulnya sudah dimulai dari rumah ini. Gusti Allah ora sare, mengabulkan doa saya dengan cara manis,” ucap Lik Sar mengawali ceritanya.

Lik Sar sangat meyakini bahwa Gusti Allah Yang Maha Kaya akan mengabulkan doa hamba-Nya yang meminta dengan sungguh-sungguh: ia bersama istri ingin naik haji ke Tanah Suci. Tak hanya berdoa, ia juga melakukan usaha untuk mewujudkan keinginannya itu. Ia yang punya pekarangan seluas tak lebih dari dua ratus meter ia tanami aneka pohon buah. Kelak, jika dipanen hasilnya akan ia tabung untuk membayar ONH.

Meskipun ia sering mendengar cemoohan orang, Lik Sar dan istrinya rajin merawat tanaman buahnya di sela-sela mereka tidak menjadi buruh tani di sawah orang.

“Mau nunggu berapa tahun, duitmu terkumpul Lik?” kebanyakan orang akan berkata nyinyir seperti itu.

Pada suatu hari, rumah Lik Sar kedatangan tamu. Mereka mengukur tanah pekarangannya.

Apakah Lik Sar mau menjual tanahnya untuk naik haji? Tidak.

Minggu berikutnya datang truk membawa material besi dan bahan bangunan. Para pekerja proyek giat bekerja di pekarangan milik Lik Sar. Dalam hitungan beberapa hari telah berdiri kokoh sebuah Tower BTS (Base Transceiver Station) milik sebuah provider seluler terkenal.

Rupanya kedatangan tamu ke rumah Lik Sar tempo hari untuk menyewa tanah pekarangannya untuk pendirian Tower BTS. Uang sewa tanah sebesar Rp 10 juta pertahun yang dibayar sekaligus 10 tahun tersebut langsung dibawa oleh Lik Sar ke bank untuk mendaftar haji, sisanya ia tabung.

Cara mendapatkan rejeki seperti yang dialami oleh Lik Sar tersebut sangat jarang ditemui, sebab “syarat dan ketentuan berlaku”. Dan Lik Sar termasuk salah satu umat yang telah memenuhi syarat dan ketentuan yang dibikin oleh Gusti Allah.