Jatuh cinta memang berjuta rasanya. Adipati Anom yang sedianya menginap semalam, molor hingga tiga malam. Sungguh, ia terpesona oleh kecantikan Rara Oyi.
“Paman, aku ingin membawa ayah ke sini untuk melamar Rara Oyi menjadi istriku,” kata Adipati Anom kepada Wirareja saat ia berpamitan pulang ke istana.
“Tapi Raden… Rara Oyi ini calon selir Prabu Amangkurat yang dititipkan kepada saya,” akhirnya Wirareja berterus terang kepada Raden Mas Rahmat, nama asli Adipati Anom.
Alih-alih surut langkah, hasrat cinta Adipati Anom malah semakin terbakar.
Adipati Anom tak pulang ke istana, tetapi pergi ke rumah Pangeran Pekik, kakek yang selama ini membesarkan dirinya. Pangeran Pekik adalah ayah mertua Prabu Amangkurat.
***
Wirareja terkejut mengetahui kedatangan Pangeran Pekik dan beberapa prajurit ke rumahnya. Kehadiran Pangeran Pekik bermaksud mengambil Rara Oyi untuk dikawinkan dengan cucu kesayangannya.
“Saya mohon jangan diteruskan kehendak panjenengan. Saya takut murka Prabu Amangkurat,” Wirareja memohon.
“Kamu tidak usah kuatir. Kemarahan Amangkurat aku yang akan tangani!” kata Pangeran Pekik.
Rara Oyi dibawa ke Mataram, ke rumah Pangeran Pekik. Wirareja tak bisa berbuat apa-apa. Ia mengutuki nasib buruk yang bakal menimpa dirinya.
Telik sandi kerajaan melaporkan apa yang terjadi di rumah Wirareja kepada Prabu Amangkurat. Menerima laporan seperti itu, Prabu Amangkurat memerintahkan memanggil Wirareja dengan segera.
Belum lepas rasa capek Wirareja setelah menempuh perjalanan dari Cirebon ke Mataram, ia langsung menghadap penguasa Mataram yang sangat terkenal dengan kegarangannya itu. Seperti yang ia duga, Prabu Amangkurat mendampratnya habis-habisan dan mengusir Wirareja.
Setelah mengumpulkan prajurit pilih tanding, Prabu Amangkurat bersama para prajuritnya itu melabrak Pangeran Pekik.
“Bunuh Pangeran Pekik dan habisi semua keluarganya. Jangan sampai ada sisa!” Amarah Prabu Amangkurat menggelegak.
Prabu Amangkurat mencari keberadaan Adipati Anom dan Rara Oyi. Tidak mudah mendapatkan mereka. Atas kelihaiannya telik sandi, mereka dapat ditemukan dan langsung dibawa ke hadapan Prabu Amangkurat.
“Mas Rahmat, hunus kerismu dari warangkanya. Hunjamkan ke dada Rara Oyi!” titah Prabu Amangkurat, pelan tapi bernada kejam.
Adipati Anom gamang. Akankah ia turuti titah gila ayahnya itu?