Gan

Terlihat kesibukan yang luar biasa di halaman Kadipaten Glagahwangi. Kayu berserakan di mana-mana. Semua orang yang ada di tempat itu tak ada yang berpangku tangan. Bunyi kayu yang dipotong dengan kapak atawa gergaji mendominasi suara yang terdengar di telinga setiap orang.

Mereka sedang bergotong royong membangun sebuah mesjid. Dari gambar rencana yang dibentangkan oleh seseorang berjubah putih, terlihat kalau mereka sedang mempersiapkan bangunan mesjid besar. Sementara di sisi yang lain, beberapa orang menggali tanah untuk pondasi mesjid, sedangkan di belakang rumah Kanjeng Adipati para ibu mempersiapkan ransum bagi para lelaki yang bekerja.

Ketika waktu dzuhur tiba, dikumandangkan azan. Semua orang yang tadinya sibuk berhenti sejenak, lalu mengambil air wudlu dan melaksanakan shalat dzuhur berjamaah yang dipimpin oleh Sunan Kudus. Selesai melaksanakan shalat mereka menikmati ransum nasi panas, sayur asem dengan lauk tempe dan ikan asin. Nikmat sekali.

Para wali duduk melingkar di pendapa Kadipaten. Mereka juga sedang bersantap siang, dengan ransum yang sama seperti yang disajikan kepada semua orang yang bergotong-royong membangun mesjid. Setelah selesai makan, Sunan Kudus sebagai pemimpin para wali membuka pembicaraan.

“Seperti yang sudah kita putuskan pada sidang wali bulan lalu, mesjid agung yang akan kita bangun adalah sebagai simbol kejayaan Islam di tanah Jawa ini. Mesjid ini akan disangga oleh empat saka utama. Lihat gambar ini. Saka di sebelah tenggara ini nanti dibuat oleh Sunan Ampel. Sebelah barat daya dibuat oleh Sunan Gunung Jati, lalu sebelah barat laut dibuat oleh Sunan Bonang, sedangkan sebelah timur laut akan dibuat oleh Sunan Kalijogo,” kata Sunan Kudus sambil menyapukan matanya kepada segenap yang hadir.

“Tapi Rama Kalijogo sedang tidak berada di sini, Rama Kudus,” sahut Raden Patah, sang Adipati Glagahwangi. “Memang, rencana mendirikan saka mesjidnya kapan?” lanjutnya.

“Insha Allah, besok ngger Adipati. Semoga saja, Sunan Kalijogo besok sudah tiba dari wilayah selatan, sehingga bisa ikut mendirikan saka mesjid bagian timur laut,” sahut Sunan Kudus.

Maka, keesokan harinya satu persatu saka atawa tiang mesjid mulai didirikan. Selepas asar ketiga saka sudah berdiri tegak di halaman Kadipaten Glagahwangi. Tiga tiang yang terbuat dari batang kayu jati utuh itu tampak kokoh. Sinar matahari sore hari menambah gagah sosok ketiga saka mesjid.

“Sayang sekali, sampai sesore ini adimas Kalijogo belum hadir di tengah-tengah kita,” gumam Sunan Kudus.

Terjadi keributan kecil. Terdengar oleh para wali mereka sedang saling menyalahkan satu sama lain. Setelah diusut perkaranya, ternyata mereka kehilangan sebatang kayu jati yang seharusnya digunakan untuk saka mesjid bagian timur laut. Mereka telah memotong sebatang kayu jati tersebut menjadi potongan yang lebih kecil seperti untuk bagian usuk atawa reng. Sehingga untuk mendapatkan sebatang kayu jati utuh mereka harus pergi ke hutan wilayah Jepara. Dan untuk itu memakan waktu yang cukup lama. Dapat dipastikan pembangunan mesjid agung akan mengalami keterlambatan.

Sunan Kudus segera berembuk dengan wali yang lain mencari jalan terbaik untuk mendapatkan saka keempat. Ketika mereka sedang berbicara, datanglah Sunan Kalijogo. Ia segera mengetahui perkara yang sedang dibicarakan. Kanjeng Sunan Kalijogo hanya tersenyum dan meminta semua yang hadir untuk tenang.

Kanjeng Sunan Kalijogo beranjak dari duduknya dan berjalan menuju tempat orang-orang yang sedang bekerja membangun mesjid. Ia melihat keadaan dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Kanjeng Sunan memanggil seseorang untuk mendekat, dan berkata, “Tolong kamu panggilkan Gan Si Cang, suruh ia ke sini!”

Orang yang disuruh oleh Kanjeng Sunan Kalijogo sangat paham siapa itu Gan Si Cang. Ia adalah ahli membuat jung kapal yang datang dari Negeri Tiongkok yang sekarang bekerja di sebuah pabrik kapal di pesisir laut Jawa wilayah Glagahwangi. 

Piye, Gan?” tanya Kanjeng Sunan Kalijogo ketika Gan Si Cang telah berada di hadapannya.

Gan Si Cang cuma tersenyum dan segera mengumpulkan beberapa tukang kayu untuk membantunya.

Sunan Kalijogo meminta waktu kepada Sunan Kudus untuk menyelesaikan saka keempat mesjid agung malam itu juga. Maka, para tukang kayu bekerja di bawah supervisi Gan Si Cang. Dengan pengalamannya membuat jung kapal yang besar, Gan Si Cang membuat saka keempat bukan dari sebatang kayu yang  utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok kayu/tatal yang dilem dan diikat menjadi satu bentuk saka yang kokoh. Menggunakan sistem puzzle, gitu deh.

Malam itu, Sunan Kalijogo dan Gan Si Cang bersama timnya, menyelesaikan saka keempat. Tiang yang terletak di timur laut berdiri kokoh bersama ketiga tiang lainnya.

Pagi-pagi ketika orang-orang akan memulai pekerjaannya terheran-heran dengan keberadaan saka yang dibuat dari tatal tersebut. Decak kagum tak henti-hentinya keluar dari mulut mereka. Maka, semua itu membuat mereka makin giat untuk segera menyelesaikan bangunan mesjid agung yang mereka dambakan.