Gagal

Wajah Pak Ketua RT 05 bersungut-sungut. Ia tak sabar menunggu kedatangan Lik Sukar. Pak RT mondar-mandir, kepalanya tengak-tengok ke arah pintu pagar rumahnya.

“Lekum, Pak RT. Bapak memanggil saya?”

“Duduk Lik. Gini, to the point saja. Pak RW barusan nelpon saya, beliau bilang acara yang kita adakan kemarin dinilai gagal!”

“Gagal bagaimana Pak RT?”

Ndak tahu saya apa maksud Pak RW. Cuma kita diminta untuk mengevaluasinya.”

***

Beberapa bulan lalu, Pak RW 02 punya ide membikin acara Pekan Muharram di Kompleks Perumahan Griya Mekar Indah. Pak RW menunjuk Ketua RT 05 sebagai Panitia Pengarah acara Pekan Muharram. 

Setelah mendapatkan SK, Pak RT (maksudnya RT 05) segera membentuk kepanitiaan, dan ditunjuklah Lik Sukar sebagai ketua panitianya dengan pertimbangan Lik Sukar tak terlalu sibuk – karena ia setengah pengangguran, mudah bergaul dan banyak relasi di lingkungan Kompleks Perumahan. Kalau menunjuk orang lain bisa berabe, sebab penghuni RT 05 rata-rata pegawai kantoran yang punya jabatan tinggi di perusahaan.

Dengan berbekal kerja ikhlas, Lik Sukar segera bergerak cepat. Ia paham betul dengan kondisi psikologis warga Kompleks Perumahan Griya Mekar Indah, maka ia susun acara yang tidak menyita waktu para penghuni Kompleks Perumahan.

RW 02 terdiri dari 7 RT. Lik Sukar ingin semua RT terlibat dalam acara Pekan Muharram dan usulnya itu disetujui oleh anggota panitia. Acaranya seperti ini: malam minggu, masing-masing RT menampilkan group kasidah bertempat di lapangan samping masjid Kompleks Perumahan. Pedagang kaki lima yang biasa keluar-masuk Kompleks Perumahan dibikinkan lapak-lapak untuk berjualan. Hari minggu paginya, dilakukan arak-arakan anak-anak PAUD keliling Kompleks Perumahan dan pada siang harinya pembagian aneka hadiah.

Pak RW menyetujui usulan panitia. Bahkan Pak RW memberikan catatan khusus: semua penghuni Kompleks Perumahan diwajibkan hadir tak memandang agama dan status sosialnya, pokoke acara Pekan Muharram dihadiri banyak orang.

***

“Menurut catatan Lik Sukar, group kasidah yang tampil di panggung sesuai rencana kan?”

“Iya Pak RT. Karena hujan, pelaksanaannya agak molor waktunya.”

“Oke, jika tolok ukurnya itu, acara penampilan group kasidah kita kategorikan gagal.”

“Penontonnya berapa banyak, Lik?”

“Sedikit. Tapi kita ndak bisa menyalahkan hujan Pak RT. Orang pada malas nonton, mungkin acara yang kita bikin tidak menarik.”

“Lik Sukar, sepakat ndak kalau poin ini kita kategorikan gagal juga?”

Nggih. Silakan Pak RT.”

“Terus, acara arak-arakan anak-anak PAUD, piye?

“Mengejutkan, Pak RT. Saya ndak ngira kalau PAUD kampung sebelah pada ikutan. Melebihi target sih, Pak!”

“Tapi panitianya agak kewalahan kemarin. Acara arak-arakan sampai molor satu jam. Jangan-jangan ini dinilai gagal juga oleh Pak RW. Yo wis, kita kategorikan gagal.”

“Tapi saya ada bikin kesalahan juga Pak RT. Saya banyak mengakomodasi keinginan warga Perumahan yang ingin tampil di atas panggung, sehingga acara yang seharusnya selesai sebelum waktu lohor, jadinya molor.”

“Bukannya itu malah bikin seru, Lik?”

“Seru bagi orang-orang yang tidak punya kesibukan di hari minggu Pak RT.”

“Oke, sekarang kita rekap hasil analisa kita.”

Pak RT dan Lik Sukar menuliskan kesimpulan: GAGAL.