F-P-V: Kumaha Aing

Pada suatu siang, di sebuah kelas 9 SMP Haurkoneng. Saat itu sedang berlangsung pelajaran Bahasa Indonesia. Sudah menjadi kebiasaan Ibu Yuyun Yunengsih, sebelum mengajar membuka buku absensi dan memanggil nama muridnya satu persatu. Hari itu hanya Idah Roidah yang tidak masuk karena sakit.

“Kalian buka halaman dua puluh tujuh, di situ tertulis menjelaskan alur dari sinofsis nopel. Sudah ketemu semua?” Ibu Yuyun Yunengsih membuka pelajaran.

“Sudaaahhhhh!!!” anak-anak serentak menjawab.

“Tentunya  kalian pernah membaca nopel yang kamu sukai bukan? Kalian tentu dapat menjelaskan tokoh yang kamu sukai. Lalu bagaimana cara menjelaskan alur dalam nopel tersebut?” tanya Ibu Yuyun Yunengsih.

Kelas diam. Ibu Yuyun Yunengsih kembali melanjutkan kalimatnya.

“Coba perhatikan penggalan nopel di situ. Agar kalian semua memahami bagaimana alur nopel tersebut, coba salah satu dari kalian membaca dengan keras penggalan nopelnya. Ayo, siapa yang berani?” mata Ibu Yuyun Yunengsih menyapu kelas. Seorang murid lelaki tunjuk jari. Nama anak itu adalah Pepen Supendi. Ia pun segera dipersilakan oleh Ibu Yuyun Yunengsih membaca penggalan novel.

Pada pagi yang cerah, terlihat seorang lelaki mengendarai pespa keluar dari halaman rumahnya. Tidak ada yang tahu dia akan ke mana. Hanya saja, para tetangga mengenal namanya Arip Repalino. Dia ini mirip tokoh pilem era delapan puluhan Ali Tofan Anak Jalanan.

Setiap pagi Arip Repalino selalu mengendarai pespa kesayangannya itu. Sebagai seorang penyair, kepergian Arip Repalino bisa jadi untuk mencari insfirasi untuk menciptakan fuisi atau sajak bahkan cerpen, yang nantinya akan dikirimkan ke majalah sastra. Dari situlah dia mendapatkan penghasilan.

“Cukup! Sekarang, gantian yang membaca!” Ibu Yuyun Yunengsih menunjuk Iceu Juiceu untuk melanjutkan membaca penggalan novel.

Untuk memperkuat staminanya, Arip Refalino selalu minum pitamin pagi dan sore hari. Arip Refalino juga rajin membaca buku, membaca koran dan majalah juga menyaksikan pilem-pilem yang masuk ke pestipal-pestipal atau menonton telepisi. Kadang dia tidak memanpaatkan waktunya secara episien, sehingga epektipitas dalam menghasilkan karyanya tidak maksimal.

“Nah, siapa yang bisa menjelaskan alur penggalan nopel ini. Tunjuk jari!” kata Ibu Yuyun Yunengsih.

Joko Sumanto, yang sejak tadi menyimak kedua temannya membaca penggalan novel segera tunjuk jari dan dengan lantang ia menjawab :

Arif Revalino dengan vespa kesayangannya selalu mencari inspirasi untuk menghasilkan karya sastra seperti puisi, sajak dan cerpen. Agar staminanya tetap terjaga dia rajin minum vitamin, membaca koran dan majalah, menyaksikan film-film yang masuk festival, dia juga menonton televisi. Sayangnya, dia tidak menghasilkan karya yang maksimal karena dia tidak memanfaatkan waktunya secara efektif dan efisien!

“Bagus… bagus sekali Joko. Jadi, siapa tokoh dalam nopel ini anak-anak?” Ibu Yuyun Yunengsih mengajukan pertanyaan ke seluruh kelas.

Anak-anak pun serentak menjawab, “Arip Repalinoooo!!!!”

Suara Joko Sumanto tenggelam oleh riuhnya suara teman-teman sekelasnya.