Enjoy jadi Menteri

Salah satu materi canda seorang kawan dua hari belakangan ini: jangan mematikan henpon, siapa tahu ada panggilan dari Istana Negara. Candaan semacam ini muncul saban lima tahun sekali, setelah pelantikan Presiden RI. Biasanya, orang yang mendapatkan telepon langsung dari Presiden pada saat-saat penyusunan kabinet, bisa dipastikan kalau orang tersebut bakal dipasrahi jabatan menteri.

Maka – siapa tahu, kalau awak lagi mujur – Presiden menelpon kita dan mendapatkan amanah sebagai pembantunya alias menterinya. Nasihat jangan mematikan henpon maksudnya siapa tahu mendapatkan panggilan menghadap Presiden RI.

Menyaksikan prosesi pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI, kemudian mengarak mereka naik kereta kencana menuju Istana Negara membuat saya mbrebes mili, terharu. Setiap babak drama yang tersaji di layar kaca seolah memberikan harapan yang melambung tinggi, bahkan ketika babak awal drama pertemuan Jokowi-Prabowo langit Indonesia Raya demikian cerahnya.

Betul kata Presiden Jokowi, kini saatnya bekerja. Tak hanya sekali mengatakan kerja, tetapi tiga kali lipat: kerja, kerja, kerja!

***

Akhirnya, berkat “kerja keras” buku kelima saya yang berjudul Enjoy Capitalism sebentar lagi dapat dinikmati oleh khalayak ramai. Buku setebal 592 halaman ini lumayan sakit nekjika menjatuhi ujung jempol kaki. Mengenai cover buku terbaru saya ini sengaja saya pasang foto narsis saya. Bisik-bisik tetangga, di bulan November nanti harga BBM bakal dinaikkan oleh Presiden Jokowi makanya dengan naik Honda C70 saya kulak bensin dengan jerigen sebanyak-banyaknya, dengan masih mengacungkan salam dua jari!

Tentu saja, saya hanya membuat pasemon belaka. Mudah-mudahan dengan program Revolusi Mental yang dicanangkan Presiden Jokowi mulai mengurangi jumlah orang yang berlaku curang, baik curang kecil-kecilan atau curang secara besar-besaran meskipun saya. Kita juga sedang menunggu seperti apa bentuk dan model Kabinet yang disusun Presiden Jokowi, apakah akan mempercepat prosesi Revolusi Mental atau malah menghambatnya.

Tak sedikit orang yang curiga kalau di zaman Jokowi nanti para kapitalis malah merajalela, menguasai perekonomian Indonesia secara tersembunyi maupun terang-terangan. Lagi-lagi, kita mesti nunggu seperti apa bentuk dan model Tim Perekonomian Jokowi-JK.

Hidup sederhana, namun serba kecukupan. Enjoy Capitalism.