Duryodana marah disadap

Rakyat Hastinapura menunggu respon raja mereka, Duryodana, yang sampai sekarang tidak mengeluarkan pernyataan apapun terkait kasus penyadapan yang dilakukan oleh telik sandi Negara Wirata. Berita mengenai aktifitas para telik sandi negara tetangga Hastinapura sudah demikian marak di media massa. Duryodana masih bergeming.

Syahdan, Negara Wirata adalah sebuah kerajaan kecil di sebelah selatan Hastinapura. Meskipun kerajaan kecil, Wirata mempunyai banyak sekutu. Wirata sangat berkepentingan akan stabilitas Hastinapura, baik di bidang ekonomi, politik, sosial-budaya, pertahanan dan keamanan. Wirata akan kena dampak buruk jika stabilitas Hastinapura terganggu.

Sesungguhnya, aktifitas sadap-menyadap sudah lama sekali dilakukan Wirata. Pasukan Sandiyuda Hastinapura tak mampu mengendus operasi telik sandi Wirata. Jika saja seorang mantan telik sandi Wirata tidak buka mulut, maka penyadapan terhadap Hastinapura tidak bakal terungkap.

Siapa saja pejabat Hastinapura yang disadap teleponnya? Ternyata pejabat-pejabat penting pengambil keputusan yang disadap dengan sedapnya oleh Wirata. Raja Duryodana sendiri tersadap, lalu istrinya yang cantik itu, siapa lagi kalau bukan Banowati, ada Patih Sengkuni, Letjen Dursasana, Profesor Durna, dan Jendral Karna juga ikut tersadap.

Duryodana gamang. Apa benar kabar penyadapan tersebut? Karena ragu, ia pun melancarkan protes kepada Perdana Menteri Wirata melalui akun twiter pribadinya. Banyak kalangan yang mencibir tindakan Duryodana tersebut yang hanya berani di ranah twiter saja dalam melawan Wirata. Rakyat Wirata juga mengetawai ulah Duryodana.

Hastinapura bergejolak. Berbagai elemen rakyat melakukan unjuk rasa di depan kedutaan besar Wirata di Hastinapura. Mereka menuntut agar Perdana Menteri Wirata meminta maaf kepada Hastinapura dan mereka meminta Duryodana mengusir duta besar Wirata dari bumi Hastinapura.

Diam-diam Duryodana memerintahkan Patih Sengkuni untuk memverifikasi informasi penyadapan ini. Sengkuni meneruskan perintah tersebut kepada Jendral Karna alias Suryaputra alias Suryatmojo. Dengan trengginas anak Dewa Matahari itu melaksanakan tugas yang dibebankan di pundaknya. Tak perlu waktu yang lama, Jendral Karna memberikan laporan secara pribadi kepada Sengkuni.

Sengkuni segera menghadap Duryodana. Setelah mendengar penuturan Sengkuni, amarah Duryodana bergolak. Darahnya mendidih, otaknya serasa mau pecah. Warna muka Duryodana berubah merah padam.

Sengkuni tersenyum.

Perintah berikutnya kepada Jendral Karna adalah mempersiapkan konferensi press. Raja Duryodana akan bersikap kepada Negara Wirata. Dalam sekejap, awak media dari berbagai kerajaan telah berkumpul, menunggu sikap Duryodana.

“Sodara-sodara sekalian, saya sungguh tersinggung atas ulah Wirata yang telah melakukan penyadapan. Perbuatan ini tidak bisa diampuni. Saya perintahkan kepada Panglima Letjen Dursasana untuk segera mempersiapkan tentara dari berbagai kesatuan Kerajaan Hastinapura. Paling lambat besok pagi, kita akan menyerang Wirata!” kata Duryodana berapi-api.

Rakyat yang mendengar pidato tersebut ikut terbakar rasa nasionalismenya. Mereka bersorak-sorai menyambut sikap tegas raja mereka. “Libas Wirata! Ganyang Wirata! Hancurkan Wirata!

Jendral Karna yang berdiri di sebelah Sengkuni berbisik dan menanyakan sesuatu.

“Maaf, memang Kanjeng Patih bilang apa ke Raja Duryodana sehingga beliau marah betul seperti ini?”

Sengkuni tertawa lirih. “Aku bilang padanya, kalau Wirata menyadap semua pembicaraan istrinya dari pagi hingga malam. Ya, tersinggunglah Duryodana kalau sudah menyangkut istri yang sangat disayanginya itu!”

Jendral Karna menepok jidatnya. Ealah, ini urusan cemburu to.