Di media sosialnya, Raden Inu Kertapati menuliskan status: Kita sementara hanya diminta untuk jaga jarak, tapi kenapa engkau pergi meninggalkanku? Sudah seminggu, Inu Kertapati tidak bisa menghubungi kekasih hatinya, Dewi Galuh Candrakirana. Itulah latar belakang mengapa ia menuliskan status seperti itu.
Arkian, Candrakirana sedang menikmati indah dan segarnya pagi di taman keputren Kraton Kediri. Sudah menjadi kebiasaannya, ia merawat tanaman dan bunga-bungaan kesayangannya. Disiramnya tanah yang kering dan dibersihkannya dari daun-daun yang telah menguning.
Di salah satu tanaman yang sedang dirawatnya itu ia melihat seekor keong yang bertengger di dahan. Tanpa merasa jijik, Candrakirana mengambil keong tersebut dan melemparkannya ke aliran sungai yang melintas di taman keraton. Ia tak mau keong itu merusak tanaman kesayangannya.
Candrakirana tidak tahu kalau keong yang ia lemparkan ke sungai itu adalah jelmaan seorang nenek sihir jahat yang sedang menyamar. Ia memang sengaja ingin berbuat jahat kepada Candrakirana. Ia menyimpan dendam karena Candrakirana pernah menolak cinta anak lelakinya.
Keong yang ternyata nenek sihir itu pun menjelma menjadi wanita jelita namun berwajah bengis, dan berdiri tegak di hadapan Candrakirana. Kedatangannya yang tiba-tiba itu membuat Candrakirana terkesiap dan terkejut.
Wanita jelita itu segera mengayunkan tongkat saktinya dan seketika tubuh Candrakirana lenyap lalu berubah menjadi seekor keong. Nenek sihir memelototkan matanya ketika dilihatnya keong tersebut berwarna kuning keemasan. Warna yang elok. Tentu saja, seelok wajah Candrakirana.
Wanita bengis itu geram. Keong mas diraihnya dan tanpa menunggu waktu, ia lemparkan keong tersebut ke dalam aliran sungai. Sebuah balas dendam yang sempurna.
Esoknya, istana Kediri heboh ketika para emban menyadari kalau Candrakirana tidak ada di keputren. Dicari ke mana-mana tiada bersua. Lewat tiga hari, Candrakirana yang sekar kedaton itu hilang bak ditelan bumi. Hilangnya Candrakirana membuat sedih keluarga besar Kediri.
Keong mas yang dilempar nenek sihir terhanyut mengikuti aliran sungai. Beberapa kali ia terantuk bebatuan, butiran-butiran pasir masuk ke cangkang yang membuat perih di kulit Keong mas. Tak ada guna ia mengeluh akan takdir yang menimpanya. Hanya doa yang ia panjatkan, semoga ada tangan yang mau menolong dirinya.
Di tempat lain, Raden Inu Kertapati yang belakangan mendapat kabar hilangnya Candrakirana, berusaha mencari keberadaan kekasih hatinya itu. Karena dunia sedang dilanda pageblug, beberapa wilayah menerapkan PPKM, maka ia melakukan penyamaran untuk mengungkap sisik melik di mana Candrakirana berada.
Dalam penyamarannya, ia menggunakan nama Panji Asmarabangun. Cinta adalah bekal paling banyak yang ia bawa, selain rindu, tentunya. Akankah ia akan bertemu kekasih hatinya itu? Apakah Candrakirana masih setia?