Dompet itu pun kembali kepada pemiliknya#4

Hari menjelang isya ketika Mas Suryat sampai di rumahnya. Perjalanan dari Jakarta sangat melelahkan, akibat terkena imbas macet di jalan tol Jakarta-Cikampek. Belum juga ia berganti baju dengan kaos Swan kesayangan, bel rumah nyaring berbunyi.

Ia longok dari jendela, terlihat sosok lelaki yang sangat ia kenal. Tamu yang datang bernama Sinung, ia terbiasa memanggilnya Om Sinung membahasakan panggilan untuk anak-anaknya.

Om Sinung adalah bekas tetangga depan rumah Mas Suryat di rumah yang lama. Sudah dua tahun Mas Suryat pindah rumah dan tinggal di kompleks perumahan yang lokasinya cuma sepelemparan sandal dari perumahan lamanya.

“Ayo Om, masuk rumah!”

“Di sini saja pak, saya cuma sebentar kok.”

Om Sinung masih berdiri di depan pintu pagar dan enggan masuk ke dalam rumah. Kemudian ia meloloskan sebuah dompet kulit berwarna hitam.

“Ini tadi ada orang yang datang ke rumah dan menitipkan dompet ke saya, pak. Dan ini ada fotokopi KTP dan nomer henpon orang yang mengantarkan dompet tadi!”

“Alhamdulillah.”

Mas Suryat bersyukur dompetnya telah kembali. Ia periksa isinya, surat-surat yang tersimpan di sana masih lengkap. Om Sinung pun berpamitan.

Mas Suryat menimang-nimang dompet kulit berwarna hitam yang dulu ia beli di salah satu stand Inacraft 2016. Ia memeriksa kembali isi dompet. Komplit. Sejurus kemudian ia membaca fotokopi KTP dan menyimpan nomer henpon yang dititipkan via Om Sinung.

Mengucapkan terima kasih kepada seseorang (apalagi yang telah membantu mengembalikan dompet) tak perlu menunggu jeda. Ia segera berkirim WA kepada Mas Deha, menyampaikan rasa terima kasih. Setelah WA terbalas, Mas Suryat menelponnya dan dari obrolan tersebut ia mendapatkan informasi kronologis ditemukannya dompet hingga kembali kepada pemiliknya.

Pada hari-hari selanjutnya, mereka saling mengenal tetapi untuk bersilaturahmi belum ada jodoh waktu. Maklum, tempat tinggal mereka berjauhan, malah beda kabupaten. Lagi pula, keduanya sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tetapi mereka yakin suatu saat akan bertemu, dan Mas Suryat berencana akan beranjangsana ke rumah Mas Deha.

Saking akrabnya, kini Mas Deha memanggil Mas Suryat dengan sebutan Pakde, untuk membahasakan anak perempuannya jika memanggil Mas Suryat.