Dompet itu pun kembali kepada pemiliknya#1

Peristiwa ini terjadi tiga minggu yang lalu.

Pada suatu hari Minggu, Mas Suryat makan siang di sebuah pusat perbelanjaan di kota tempat tinggalnya. Sudah menjadi kebiasaannya, ia ke mana-mana selalu membawa tas selempang butut kesayangannya. Bukan tanpa alasan ia membawa tas tersebut sebab sebagai orang yang sudah berumur setengah baya, akan sangat berguna untuk menaruh benda-benda kecil yang rawan hilang atau kelupaan di mana menaruhnya seperti kunci, kartu parkir, kaca mata dan dompet.

Rupanya di hari Minggu kemarin itu ia mengabaikan kebiasaannya itu. Pergi cuma sebentaran ini, kata hatinya.

Setelah selesai makan siang, ia memilih duduk di dekat eskalator lantai dua sambil menikmati lalu-lalang orang yang naik/turun daripada mengawal anak perempuannya yang ingin membeli sesuatu di lantai satu. Jika sewaktu-waktu anaknya mengabarkan kalau belanjanya sudah selesai, ia tinggal berjalan ke tempat parkir tak jauh dari tempat duduknya.

Dompet dan henpon ia taruh di kursi sebelah yang kosong, sementara kunci mobil ia masukkan di saku celana pendeknya. Matanya asyik menyapu suasana di lantai dua. Gerai di sebelah kirinya cukup berisik karena para pramuniaganya menawarkan diskon kepada orang yang lalu-lalang dengan pelantang suara.

Sepasang muda-mudi duduk di sebelah Mas Suryat yang masih kosong. Rangkaian tempat duduk terdiri dari empat bangku: bangku kesatu dan kedua diduduki sepasang muda-mudi yang tengah dilanda asmara (soalnya tanpa menghiraukan keberadaan Mas Suryat mereka saling meremas jemari), bangku ketiga ada dompet dan henpon sedangkan bangku keempat diduduki Mas Suryat.

Tak lama mereka duduk di sampingnya, ketika mereka melihat bangku di ujung kosong. Mereka berpindah ke sana. Tingkahnya makin berani, tidak sekedar meremas jemari. Ah, seharusnya mah nggak gitu-gitu amat kali, batinnya.

Tukang sapu beberapa kali memunguti sampah di sekitar eskalator dan sesekali berada di dekat bangku beristirahat sementara matanya memindai sampah yang barangkali luput dari perhatiannya. Bangku kesatu dan kedua kali ini diduduki dua gadis belasan tahun sambil menikmati es krim. Terdengar mereka dipangil temannya untuk segera naik ke lantai lima, karena film akan segera dimulai.

Deretan bangku kembali ia kuasai kembali. Sekira setengah jam ia berada di sana, ada pesan masuk ke henponnya. Ia membaca pesan dari anak perempuannya kalau sudah selesai berbelanja.

Mas Suryat beranjak dari tempat duduknya untuk menuju ke tempat parkir. Setelah ia berada di kabin mobil, ia merasa ada yang tertinggal. Benar, dompet belum terbawa olehnya. Ia kembali ke tempat duduknya semula. Ia tak menemukan dompetnya. Ia menyusuri rute jalan ke parkiran, siapa tahu dompet terjatuh di sekitar parkiran.

Tak membawa hasil.

Ia turun ke lantai dasar untuk melapor kehilangan dompet ke Satpam. Di dalam dompet ada uang yang jumlahnya tak seberapa, KTP, STNK, SIM A dan C, Kartu Kredit dan Kartu ATM. Satpam mencatat daftar barang yang hilang.

Mas Suryat masygul betul saat itu.

bersambung ke #2