Di hati ini hanya engkau mantan terindah

Coba dibaca dulu Honey, tiga hari kita tidak ketemu

Lesmana cukup lama pingsan. Celakanya, tak ada orang yang berlalu di sekitar TKP saat Lesmana tergeletak di pinggir jalan. Terpaan angin yang cukup kencang telah menyadarkan Lesmana bangun dari semaputnya.

Dengan jalan terhuyung ia mencoba mengingat-ingat jalan menuju rumahnya. Dari mulutnya melolong menyebut nama Siti Sundari yang sangat ia cintai. Kini ia seperti orang gila. Sikapnya tidak seperti beberapa jam sebelumnya sebagai seorang lelaki sejati. Ia telah berubah ke ujud semula. Pengaruh sihir Bathari Durga lenyap sudah.

Ketika ia sampai di rumah, Banowati yang menyambut langsung kedatangan putra sulungnya itu. Ia dipapah oleh ibunya dan didudukkan di sofa ruang keluarga. Segelas air putih dingin diteguk Lesmana dalam satu tarikan nafas. Hal ini telah menyegarkan ingatannya.

“Aku ditonjok Abimanyu, ibu. Lihatlah… daguku lebam begini. Awas Abimanyu, aku akan membalas!”

Banowati segera mengambil kain dan air dingin untuk mengompres kulit lebam di wajah Lesmana. Anak lelaki itu meringis.

“Kamu tenang saja cah bagus, besok ibu akan mengurus masalah ini. Sekarang kamu istirahat saja.”

“Tapi bu, jangan lupa mengurus Siti Sundari juga ya supaya ia cepat menjadi menantu kinasihmu!”

Lesmana beranjak menuju kamarnya untuk istirahat. Banowati menyaksikan langkah gontai anak lelakinya itu dengan perasaan terluka. Ia merasa bersalah akan nasib asmara yang menimpa Lesmana.

Banowati segera meraih ponselnya lalu mengirim pesan kepada Arjuna, kekasih gelapnya. Ia ingin berjumpa secara rahasia di tempat biasa mereka berkencan.

***

“Di hati ini hanya engkau mantan terindah!” rayu Arjuna pada Banowati saat mereka berjumpa.

“Ah, rupanya masih saja kamu menganggapku sekedar mantan. Padahal di hatiku ini kamu adalah kekasih yang tak pernah aku anggap mantan. Kekasih lestari. Tapi, Jun, aku minta bertemu di sini bukan untuk bercumbu rayu!” sergah Banowati serius.

“Apa ada yang sangat penting dan mendesak?” tanya Arjuna penasaran.

“Perkara anakmu!” kata Banowati singkat.

“Anakku yang mana?” Arjuna bingung, sebab saking banyaknya anak yang ia miliki.

“Lesmana,” jawab Banowati.

Arjuna terpana. Ia baru menyadari kalau selama ini ia tak pernah peduli dengan Lesmana, anak hasil perselingkuhannya dengan Banowati.

“Ada apa dengan Lesmana?” tanya Arjuna.

“Kamu sebagai bapaknya, aku minta bertanggung jawab untuk mencarikan istri untuknya,” pinta Banowati.

“Gadis mana yang ia taksir?” tanya Arjuna lagi.

“Siti Sundari, anaknya Bathara Kresna. Kamu sanggup mewujudkan keinginan anakmu?” kali ini Banowati bicara dengan penekanan yang menyesakkan dada Arjuna.