Darah itu merah, Jenderal!

Dulu, setiap tanggal 30 September kita akan disuguhi tayangan film yang berjudul Pengkhianatan G 30 S/PKI. Seingat saya, pertama kali menyaksikan film tersebut pada tahun 1984 atawa 1985 bersama-sama dengan teman se-SMA pada sebuah kegiatan yang dikoordinir oleh sekolah yaitu wajib nonton film  Pengkhianatan G 30 S/PKI. Tempat nonton di gedung bioskop Lawu Theatre di kota Karanganyar (sekarang gedung bioskop ini sudah tidak ada).

Saya tidak akan membahas peristiwa kelam negeri ini di tahun 1965 tersebut, tetapi ingin mengajak Anda bernostalgia mengenai tayangan film karya Arifin C. Noer ini. Nanti, setelah menyaksikan film itu untuk pertama kali di gedung bioskop, di tahun-tahun berikutnya saya nonton film itu yang ditayang-ulang di TVRI atau TV Swasta setiap tanggal 30 September malam. Barangkali, anak sekolah jaman dulu sudah nonton film itu berkali-kali – saya pun demikian, sehingga tidak heran kalau sampai hafal dengan setiap adegan di film itu, seperti suasana rapat-rapat PKI yang dipenuhi asap rokok DN Aidit, adegan Bung Karno yang terbaring lemah di tempat tidur, penembakan dan penculikan jenderal dan sebagainya. Tetapi kini sudah banyak yang lupa. Hanya saja, kalimat “Darah itu warnanya merah, Jenderal!” masih saja teringat hingga kini dan sering saya gunakan untuk mencandai teman yang akan atawa ragu-ragu menandatangani sebuah dokumen.

Kalau tidak salah, pasca reformasi digulirkan tamatlah penayangan film ini di televisi, baik TVRI maupun TV Swasta.

Apa yang Anda ingat tentang film yang dibintangi oleh Umar Kayam (Bung Karno), Amoroso Katamsi (Soeharto), Bram Adrianto (Letkol Untung) dan Syu’bah Asa (DN Aidit) ini?