Cepat kurus dengan OCD

Sudah dua minggu ini saya punya kegiatan baru, yakni jogging dua kali seminggu pada hari Selasa dan Jumat. Adalah Pak Bos yang punya gagasan tentang kegiatan jogging tersebut. Di salah satu areal tempat kerja saya terdapat sebuah kolam penampungan air yang nantinya akan diolah menjadi air industri, di mana pada tanggulnya sudah rimbun oleh aneka pepohonan [lihat foto di sebelah – thank to pak Alex].

Di antara pepohonan tersebut dibuat jogging track. Meskipun matari sedang terik-teriknya, melewati jogging track tetap terasa sejuk. Jogging dilakukan beramai-ramai, dimulai sekitar jam 7 pagi. Sambil jogging, ternyata banyak timbul ide-ide segar yang bisa dibawa pada sesi meeting rutin setelah kegiatan jogging.

Olah raga ini termasuk ringan dan murah. Satu putaran mengelilingi kolam yang berjarak sekitar 1,1 km lumayan dapat mengeluarkan keringat.

Salah satu teman jogging saya adalah seorang purnawirawan lulusan Akmil tahun 1974. Ia masih gesit. Perutnya juga tidak buncit. Tentu berbeda dengan perut saya yang mirip ibu-ibu hamil tujuh atawa delapan bulan. Berolah raga dengan mengenakan kaos oblong semakin sulit bagi saya untuk menyembunyikan kebuncitan perut saya.

Kegiatan jogging hari ini kami memperbincangkan kegemukan dan perut buncit. Saya bertanya kepada teman saya yang mantan militer itu bagaimana cara menjaga stamina hingga dapat mempertahankan bentuk tubuh tetap atletis di usia lebih dari 60 tahun. Tentu saja, ia rajin berolah raga. Sebuah kegiatan yang sudah rutin dilakukannya sejak menjadi taruna dulu. Ia juga melakukan diet. Makan nasi sedikit saja. Ia juga bukan perokok.

Dalam suatu kegiatan dinas ke Surabaya beberapa waktu yang lalu, saya bersamanya dalam satu kamar hotel. Ketika saya melanjutkan tidur setelah subuhan, ia malah pamit keluar kamar menuju ruang fitness dan dilanjutkan dengan berenang. Hal tersebut dilakukan saban pagi, selama kami berada di hotel.

Ia menyarankan saya untuk rajin gerakan sit up atawa bersepeda. Hmm… saya tak yakin bisa berdisiplin untuk kedua kegiatan tersebut. Lagi pula, sampai saat ini saya masih senang mengkonsumsi kalori dalam jumlah yang besar. Prinsip belum berasa makan kalau belum makan nasi masih saya pegang teguh hingga saat ini.

Ukuran perut memang sering membuat repot saya, apalagi kalau bukan urusan ukuran celana jins saya yang semuanya (sekarang) berukuran 34. Begitu perut mulai tambah buncit, alamat bakal tersiksa sepanjang hari karena ketatnya celana di lingkar perut. Kalau sudah begitu maka saya akan ‘berpuasa’, tidak sarapan dan tidak makan siang tetapi tetap minum. Cukup manjur untuk ‘mengempeskan’ perut.

Rupanya, pembicaraan pengurusan badan sedang ramai diperbincangan berbagai kalangan yakni metode diet yang dinamai Obsessive Corbuzier’s Diet (OCD) yang dipopulerkan oleh pesulap dan pembawa acara televisi Deddy Corbuzier.

Kalau Anda penasaran dengan cepat kurus ala biksu shaolin, tengoklah laman www.readyforfit.com, di sana ada gambar Deddy yang sedang memamerkan eight (bukan six) pack di bagian perutnya.

Saya merasa, berat badan saya idealnya ya seperti sekarang ini, tapi, mohon jangan dengan perut buncit. Nggak pakai six pack six pack-an ya nggak apa-apa. Agak gemuk juga nggak apa-apa, asal sehat dan bugar. Mau saya begitu.