Cepak

Hampir separoh usia saya, model rambut saya selalu begini, tidak ada yang lain : cepak. Ada yang menyebut model ABCD, ABRI Bukan Cepak Doang. Meskipun model cepak, saya mempunyai variasi atas kecepakan rambut saya itu.

Pertama, plontos atau gundul sama sekali. Saya tidak sungkan-sungkan untuk mengunduli kepala saya, rambut habis, klimis. Model seperti ini saya lakukan untuk buang sial. Tapi, jangan percaya dengan tahayul semacam ini. Kalau tidak punya nyali, jangan sekali-sekali mengundul habis kepala Anda. Apalagi jika kepala Anda tidak ‘bulat’ benar alias peyang!

Kedua, potong rata kira-kira berukuran 5 mm. Model begini biasa dinamakan AGUS = agak gundul sedikit. Model ini jarang saya gunakan. Saya merasa kurang cakep dengan model rambut seperti ini.

Ketiga, potongan bergradasi mulai dari ukuran 0 mm di bagian belakang/samping sampai dengan 10 – 15 mm di puncak kepala. Untuk memberikan efek ‘ilalang’ di puncak kepala, saya olesi dengan gel rambut ukuran very-hard. Kereeenn coy !!!

Saya mendatangi tukang cukur setiap dua minggu sekali. Karena model rambut saya ‘gak neko-neko’ saya tidak fanatik pada barber shop tertentu. Asal bersih, ya saya masuki saja (tetapi setahun belakangan saya, saya memilih barber shop yang tarifnya Rp 3.000 di atas rata-rata, di sana akan disuguhi sebotol teh dingin, ruang ber-AC, handuk selalu diganti, dapat pijitan enak lagi). Perlu dicatat, saya sama sekali belum pernah berurusan dengan ‘salon’ untuk pemeliharaan rambut saya!

Karena rambut saya yang cepak tadi, saya tidak pernah memakai sisir. Saya tidak pernah direpotkan oleh tatanan rambut yang acak-acakan sehingga kerepotan mencari sisir dan cermin. Kalau banyak teman yang berkomentar, rambut cepak irit dalam pemakaian sampo, hal ini tidak berlaku bagi saya, karena pagi dan sore saya rajin keramas. Apalagi kalau menggunakan sampo yang mengandung mint, rasa sensasinya maknyess di kulit kepala.

Meskipun saya penganut mahzab cepak puluhan tahun, saya sempat tersentak kaget ketika membuka koran nasional yang memajang gambar teman saya dengan penampilan kepala plontos. Bagaimana tidak tersentak coba, lha wong teman saya tadi seorang perempuan, je!