Terima kasih, Mas Sony

Ingatan saya memang sangat pendek mas. Saya sudah melupakan berita besar tentang mas Sony keluar penjara untuk nonton pertandingan tenis di Bali tahun lalu, apalagi lalu setiap hari saya dijejali berita-berita mengenai Irfan Bachdim dan Gonzales. Pagi – siang – sore – malam, seakan tiada henti memberitakan kedua lelaki “bule” itu.

Saya sempat berfikir waktu itu, jangan-jangan mas Sony keluar penjara lagi untuk menyaksikan pertandingan final Piala AFF di Malaysia. Tapi, saya tidak tahu pasti apakah selain suka main tenis, mas Sony juga hobi dengan sepak bola. read more

Negeri ini memang sangat lucu

Dua kali saya menyaksikan film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) besutan Deddy Mizwar, nonton di VCD (bukan bajakan) dan SCTV. Film yang menceritakan Komet – pencopet cilik, yang beroperasi di pasar bertemu dengan Muluk, sarjana manajemen yang sudah lama mencari pekerjaan. Oleh Komet, Muluk dibawa ke markas pencopet cilik, pencopet yang operasinya di jalanan, di pasar dan di mall dan bertemu boss copet, Bang Jarot. Dalam pertemuan tersebut, akal Muluk berputar dan melihat peluang yang ia tawarkan kepada boss copet tersebut. Muluk meyakinkan Bang Jarot kalau ia dapat mengelola keuangan para pencopet dan meminta fee 10% dari hasil mencopet. Muluk juga berjanji untuk mendidik para pencopet cilik itu.

Dengan dibantu dua rekannya yang juga sarjana pengangguran, Muluk membagi tugas mereka untuk mengajar agama, budi pekerti dan kewarganegaraan. Usaha yang dikelola Muluk dn kawan-kawannya itu berbuah, namun di hati kecilnya tergerak niat untuk mengarahkan para pencopet agar mau mengubah profesi mereka, pada jalur yang benar, yang halal. read more

Power Balance

“Lekum…. Kyaine!!”

Mas Karjo tergopoh-gopoh berjalan menuju pendapa Padeblogan. Eksekutif muda dari perusahaan kopi itu tolah-toleh, pandangannya menyapu ruang yang kelihatan sepi. Lha iya pasti sepi, siang-siang begini Kyaine ada di perpust sedang melahap novelnya Pak Suparto Brata.

Katiwasan Kyaine…!”

“Ada apa mas Karjo, kok sajak ada yang gawat. Duduk dulu. Sebentar, tak ambilkan air putih, biar sampeyan sareh.”

Kyaine menuju dispenser, air putih dingin ditenggak oleh mas Karjo. Tandas. Setelah agak tenang, ia menyampaikan isi hatinya. read more