Buku pertama saya berjudul KSADT

Seperti saya ceritakan dalam artikel sebelumnya, kalau saya sedang siap-siap menerbitkan 2 (dua) judul buku. Saya aktif ngeblog sejak Oktober 2008 dan hingga saat ini sudah lebih dari seribu tiga ratus artikel yang saya publikasikan di blog saya. Tak ada artikel yang berat menurut saya, memang karena kemampuan menulis saya masih pada tataran ringan interesan.

Saya berfikir kenapa tulisan sebanyak itu tidak saya rangkum menjadi buku saja. Apalagi blog saya termasuk blog berbayar, bukan gratisan, yang artinya saban tahun saya mesti membayar biaya sewa hosting dan domain. Kalau telat bayar, blog saya bakalan diblokir sementara dan nekjika nggak bayar-bayar ya ditutup. Maka, cara jitu untuk menyimpan tulisan-tulisan saya supaya bisa disentuh,  dibuka lembaran-lembarannya, dibaca, dan disimpan di rak lemari saya tampilkan dalam bentuk buku cetakan.

Saya pun memulai memilah artikel yang ada untuk saya kumpulkan menjadi satu tema sehingga layak diterbitkan. Sayang sekali, saya tidak punya banyak artikel yang ditulis dalam format word sebab biasanya saya menulis langsung di dashboard blog saya. Jika berasa cocok, langsung saya publish, tetapi kalau masih perlu revisi dan kurang sreg saya simpan di draft. Akibatnya, saya mesti mengubah tulisan format .xml menjadi .doc, sebab pihak penerbit buku mensyaratkan naskah dikirim dengan format .doc atawa bisa juga .pdf. Saya baca kembali artikel-artikel tersebut, saya koreksi ejaan dan kalimatnya supaya enak dibaca.

Buku pertama saya berjudul Kita Sangat Akrab Dengan Tuhan (KSADT), terbit di bulan Maret 2014 ini. Dari sebanyak 51 artikel, saya merasa judul KSADT ini cocok untuk judul sampul buku. Pada sampul belakang terdapat kutipan KSADT:

Tuhan sangat egaliter. Dia nggak marah atas “kekurangajaran” kita dalam memanggil nama-Nya. Kita sering mengawali doa kita dengan kata “wahai” sebelum menyebut nama-Nya misalnya: Wahai Tuhan, ampunilah dosa-dosaku ini. Seringkali juga kita “kurang ajar” berdoa nggak melalui mulut atawa hati kita, namun kita tuliskan di akun twitter atawa fesbuk kita. Jangan-jangan Tuhan tersenyum melihat tingkah kita yang lucu ini.

Dalam khazanah bahasa Jawa, posisi Tuhan ditempatkan demikian tinggi. Kita nggak berani njangkar menyebut nama-Nya. Tak mungkin menyebut Tuhan dengan sebutan “Kowe”, tetapi dengan panggilan yang sangat terhormat. Bahkan berdoa pun kita nggak berani menggunakan bahasa ngoko (bahasa Jawa dalam tataran paling rendah), tetapi akan menggunakan bahasa yang paling halus. Hal ini berbeda dengan bahasa Indonesia seperti yang saya tuliskan di atas.

Kesimpulannya: kita sangat akrab dengan Tuhan. Tapi kenapa kita masih susah merangkai kalimat saat berkomunikasi dengan Tuhan, padahal dengan sangat mudahnya mencari bahan obrolan bila kita bertemu kawan?

Buku KSADT ini diterbitkan oleh Penerbit Smart Writing Revolution (Yogyakarta, Maret 2014) setebal 110 halaman dengan harga buku Rp 29.000 (belum termasuk ongkos kirim). Jika Anda berminat memesan buku KSADT silakan berkirim via email ke kyaine2010@gmail.com.