Hari Sabtu kemarin, Mas Suryat mendapatkan undangan perkawinan di 3 tempat, yang kalau dihitung waktunya tak mungkin bisa menghadiri semuanya. Satu undangan mesti dikalahkan.
Undangan pertama datang dari sahabat karib di Forum Jumat Petang. Temannya itu mengawinkan anak perempuannya. Tempat hajatan di sebuah hotel yang berjarak tiga puluh menit perjalanan dari rumah, jika melalui jalan tol.
Undangan kedua datang dari seorang temannya yang kawin lagi, setelah beberapa waktu lalu ditinggal mati oleh pasangannya. Lokasi hajatan tak begitu jauh dari rumah Mas Suryat.
Undangan ketiga datang dari teman kantornya, yang dua atau tiga bulan lalu bergabung di perusahaan ia bekerja. Tempat hajatan juga di sebuah hotel yang berjarak sekitar tiga jam perjalanan dari rumah, meskipun itu lewat tol.
Ditimbang-timbang, ia memutuskan mendatangi undangan pertama dan kedua sebab mereka yang punya hajat lebih lama kenal dengannya.
Tepat jam sebelas ia berangkat dari rumah menuju undangan pertama, dengan harapan jam setengah dua belasan sudah sampai di TKP. Di sana rencana sekitar setengah atau satu jam lalu pulang ke rumah, sebelumnya mampir di undangan kedua.
O la la! Begitu masuk tol, situasi lalu-lintas padat merayap bahkan cenderung tidak bergerak. Mas Suryat memang teledor, ia lupa tengok gugel meps. Begitu ia buka peta, ya ampun… jalan tol sepanjang 7 km berwarna merah tua! Tak ada jalan keluar, mau tak mau ia kudu lewat jalan tol tersebut.
Ia segera memonitor kondisi lalu-lintas jalan tol via radio. Diberitakan kalau tol Jakarta-Cikampek padat banget karena sedang ada penanganan kecelakaan lalu-lintas di KM 61.
Sabar. Tapi sesekali ia membezuk waktu di jam tangan kirinya. Ia menghibur diri, kalau tidak akan terlambat sampai di tempat undangan pertama. Waktu terus berputar, sementara kondisi tol tidak banyak berubah. Padat merayap, sering berhentinya.
Lolos dari macet jam 13.50 WIB. Sementara waktu yang tercantum dalam undangan jam 11.00 s/d 14.00 WIB, berarti ia masih punya waktu 10 menit untuk sampai di sana. Satu-satunya cara ya dengan ngebut.
Sampai di tempat parkir hotel, waktu menunjuk pas jam 14.05 WIB. Sampai di ruang bola hotel, sudah kukut. Di pelaminan tak ada lagi pengantin dan kedua orang tua, mereka sedang menikmati makan siang. Musik pengiring juga sudah menghentikan pentasnya. Mas Suryat segera mencari sohibul hajat, bersalaman dan dipersilakan makan.
Mas Suryat mengambil makanan berbalapan dengan mas-mas bagian F&B hotel yang sedang sibuk membereskan makanan ‘sisa’ ke kantong-kantong plastik. Ia makan sekedarnya saja, dan setelah itu pamit pulang.
Jika melihat waktu di jam tangannya, hajatan di undangan kedua pun sudah bubar juga. Maka, ia putuskan langsung pulang saja.