Bersimbah cucu

Perkenalkan, foto anak yang bergaya Soni Wakwaw di samping ini namanya Fabio. Jika dilihat dalam pohon silsilah keluarga dari trah mbah kakung saya, Fabio ini termasuk salah satu cucu saya. Ia tinggal di sebelah rumah bapak/ibu saya.

Anaknya beranian betul, tak sungkan jika bertemu dengan orang yang baru dikenalnya. Bulan lalu, ia mulai belajar memanggil saya dengan sebutan ‘mbah’, kemarin begitu bertemu lagi dengannya, dari kejauhan ia sudah hafal kalau saya ini simbahnya. Karena sehari-hari ia berkomunikasi dengan bahasa Jawa maka saya pun berbahasa Jawa kalau berbicara dengannya.

Kata mbakyu saya – tak lain adalah neneknya Fabio, bercerita kalau saat ini Fabio sedang gandrung idola kepada sosok Tentara dan Polisi. Minggu lalu, ia diajak neneknya nonton atraksi Tentara melakukan terjun payung di alun-alun. Ia terkesan betul dengan kehebatan Tentara yang menginjakkan kakinya dengan sempurna di tanah lapang, lalu melipat parasutnya. Fabio menghampiri Tentara tersebut, lalu mengajaknya bersalaman. Katanya, tak cuma satu Tentara yang disalaminya.

Kemudian di kesempatan yang lain, Fabio dibonceng sepeda oleh neneknya melewati seorang Polisi Lalu Lintas yang sedang dinas. Dengan lantang Fabio menyapa Polisi tersebut.

***

Rupanya, Fabio mendengar apa yang diceritakan neneknya itu kepada saya. Ia segera pulang dan kembali lagi sudah berdandan a la Tentara atau Polisi: mengenakan topi baret dan mengalungkan peluit. Ia memamerkan gaya Tentara atau Polisi sedang mengatur lalu-lintas.

Ia segera bergaya begitu saya mengarahkan kamera ponsel saya ke arahnya.

Siap yo… siji… loro… teluuu!” saya memberi aba-aba.

Kok ora muni, mbah? Ngapusi aku ora difoto!” komentar Fabio setelah ia tak mendengar bunyi “cekrek” di ponsel saya.

Sengaja saya menggodanya, rupanya ia tahu kalau saya belum pencet kamera. Maka sesi pemotretan pun saya ulang kembali.

Hmm, saya jadi membayangkan nikmatnya jadi mbah kung betulan: bermain dengan para cucu yang lahir dari rahim anak-anak saya. Kalau sudah begitu, nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan?