Berikan 10 pemuda!

Bung Karno pernah berkata: “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”

Ah, saya pasti akan susah memberikan 1000 orang tua kepada Bung Karno. Para orang tua di sekitar saya kondisi fisiknya ringkih plus sakit-sakitan: asam urat, jantung koroner, stroke, kanker hati, diabetes. Sementara yang sakit jiwanya tak kalah banyak, mayoritas akibat post power syndrome, mana punya tenaga untuk mencabut akar gunung Semeru? Kalau pun ada yang bregas, sehat dan kuat, jumlahnya nggak nyampe seribu orang.

Kalau 10 pemuda sih, saya kira masih banyak stoknya. Tapi, Bung Karno maunya yang seperti apa? Saya punya belasan jenis pemuda(i), nekjika dikelompokkan menjadi seperti di bawah ini:

Pemuda 1

Pernah jadi aktivis mahasiswa, yang hobinya berkoar-koar mengritik kebijakan pemerintah. Setelah lulus kuliah, ia direkrut menjadi pengurus partai politik. Nggak becus-becus amat sih, ternyata. Ia kaya raya. Mayoritas hartanya hasil dari korupsi proyek-proyek pemerintah. Namanya juga politikus, ia pandai bicara namun sedikit kerja. Suka berbohong, makanya hidungnya segede terong.

Pemuda 2

Ia lulusan luar negeri, mewarisi perusahaan orang tuanya. Energik, banyak ide brilian keluar dari kepalanya. Saban tahun perusahaannya beranak-pinak. Salah satu atawa salah duanya bermitra dengan perusahaan asing, dengan bisnis utama mereka mengeruk kekayaan yang tersimpan di perut Ibu Pertiwi.

Pemuda 3

Kuliah sambil bekerja. Maklum, orang tuanya miskin, namun ia ingin bersekolah setinggi mungkin. Jadi tukang ojek pun dilakoninya. Ia sendiri tak yakin, apakah ijazahnya nanti laku dijual di dunia kerja.

Pemuda 4

Pengangguran. Aktivitas utamanya membawa kail, memancing ikan di tepian telaga. Menjelang maghrib sudah di rumah. Ia menunggu saatnya dilaksanakan pesta demokrasi, karena ia ingin menjadi calon anggota legislatif di kotanya. Lumayan, jika nasib berbaik hati kepadanya, ia akan menjadi anggota dewan yang terhormat. Saban bulan mendapatkan gaji dan fasilitas meskipun nanti jarang hadir di rapat-rapat.

Pemuda 5

Ia termasuk golongan alay. Tak jelas, penampilannya cowok atawa cewek. Bahasa yang terlontar dari mulutnya berasa aneh di telinga orang-orang tua yang nggak kenal budaya pop. Jati dirinya ditunjukkan dengan apdet status di dunia maya. Ia bermazhab atawa beraliran fesbukiyah, kadang juga twiteriyyah.

Pemuda 6

Pintar, beberapa kali menjuarai aneka olimpiade ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sekolahnya ia juga menjadi anggota paskibra, aktif di OSIS maupun pramuka. Beberapa universitas negeri sudah menawarinya bea siswa. Ia masih asyik di perpustakaan atawa di laboratorium ketika teman-temannya tawuran di jalanan.

Pemuda 7

Vokalis dari sebuah band kondang. Idola anak muda. Di mana pun ia konser, namanya akan dielu-elukan. Para fans beratnya nggak peduli dengan perilaku negatifnya, bahwa ia pernah tersangkut masalah narkoba dan dipenjara karenanya.

Pemuda 8

Hobinya dugem, tak jauh dari pergaulan mirasantika. Nggak pedulian dengan lingkungan sekitarnya. Ia sendiri produk dari sebuah rumah tangga yang retak. Bahkan dalam seminggu sering tak berjumpa dengan bapak atawa ibunya.

Pemuda 9

Terkesan alim, namun tertutup. Pikirannya sempit sehingga mudah menerima doktrin sesat. Ia pandai merakit bom, baik berkadar jinak maupun yang berdaya ledak hebat. Bertemu dengan bidadari surga menjadi cita-cita mulianya.

Pemuda 10

Penyuka karya sastra, baik lokal maupun dunia. Ia pembaca setia karya Hamsad Rangkuti, Umar Kayam, Sobron Aidit, Pablo Neruda, Milan Kundera dan masih banyak lagi. “Sastra itu sangat penting untuk mengasah jiwa. Janganlah pemuda berjarak dengan satra,” katanya suatu ketika. Ia sendiri seorang pekerja sosial.

Pemuda 11

Pentolan preman pasar pagi. Karena lagi zamannya berdemokrasi, ia dan kawan-kawannya membentuk ormas. Ia didapuk sebagai ketuanya. Visi dan misi untuk kesejahteraan anggotanya. Ormas ini menerima aneka macam job, mulai jasa pengamanan, memasok massa untuk berdemo, dan sebagainya. Di bawah kepemimpinannya, ormas ini ditakuti oleh aparat keamanan.

Pemuda 12

Mereka menyebutnya anak punk. Tidur di kolong jembatan atawa di taman-taman kota. Hidup bebas: tak pernah mandi, ngamen untuk makan hari ini, selebihnya fly dengan membaui lem kalengan.

Pemuda 13

Aktifis rumah ibadah. Peduli sesama, tak membedakan usia orang yang dilayani. Ia kumpulkan anak-anak yatim, ia ajari mereka calistung dan pemahaman agama. Ia juga juga menyantuni para lansia/jompo yang tak dipedulikan oleh anak-anak mereka.

Pemuda 14

Ia pencipta lapangan kerja bagi sesama pemuda seusianya.

Pemuda 15

Ia seorang buruh. Upahnya masuk klas paling mininum tingkat kabupaten. Emosinya meledak-ledak, gampang diprovokasi untuk melakukan unjuk rasa menuntut kenaikan upah.

Pemuda 16

Ia seorang narablog. Tulisan yang dibuatnya seringkali ngedab-ngedabi, penuh inspirasi. Ia selalu memberikan solusi, bukan malah masuk sebagai biang masalahnya.

~oOo~

Menurut Anda, pemuda yang mana yang seharusnya saya berikan kepada Bung Karno?