Bentak

Pemandangan yang memiriskan hati beberapa kali saya alami ketika menyaksikan para jamaah umroh/haji asal Indonesia yang dibentak-bentak oleh petugas/aparat Saudi Arabia. Apalagi para jamaah tersebut sebagian besar sudah masuk golongan usia sepuh.

Bayangkan situasi seperti ini:

Biasanya, tiga atawa empat jam sebelum keberangkatan pesawat mereka harus tiba di bandara, hal ini untuk mengantisipasi padatnya antrian check in dan proses imigrasi. Bisa jadi, jamaah yang datang dari luar kota berangkat dari rumah berjam-jam sebelumnya. Mereka pasti lelah lahir batin.

Begitu selesai proses imigrasi, mereka akan kleleran di koridor-koridor bandara menunggu boarding. Nah, begitu mendapatkan panggilan masuk pesawat, mereka akan berdesak-desakkan, meringsek dan memotong antrian karena takut ketinggalan pesawat. Petugas bandara Indonesia relatif masih sabar menghadapi situasi seperti itu. Cara menegur mereka masih sopan, agar para jamaah antri dengan tertib.

Begitu masuk ke dalam pesawat, ada saja insiden yang terjadi. Mulai mencari nomor kursi sampai bagaimana menaruh bagasi. Nomor kursi kadang nggak mereka pedulikan, yang penting dapat duduk bersebelahan dengan teman atawa kerabatnya. Saya salut dengan kesabaran crew pesawat dalam menghadapi perilaku penumpang seperti itu.

Perjalanan panjang 9 jam harus mereka tempuh. Sepanjang perjalanan mereka akan mendapatkan jatah makan sebanyak 2 kali. Meskipun sudah diumumkan beberapa kali oleh crew pesawat jangan membuang sampah sembarangan, mereka abai terhadap peraturan tersebut. Sampah-sampah (tisu, kupasan kulit jeruk, botol plastik, kemasan snack dan sebangsanya) berserakan di bawah kursi penumpang. Toilet pesawat situasinya tak kalah mengerikan. Untung saja pada saat-saat tertentu dibersihkan oleh crew.

Ketika terdengar pengumuman kalau sebentar lagi pesawat akan mendarat: banyak penumpang yang berdiri membuka bagasi (beberapa di antaranya duduk di sandaran kursi) dan para hape mulai terdengar bunyinya. Lagi-lagi, ada peringatan dari crew supaya para menumpang tetap duduk dan mematikan hape. Pesawat sudah mendarat tetapi masih berjalan menuju parkir, insiden serupa terjadi lagi. Kali ini nada suara crew mulai meninggi.

Kemudian, mereka turun pesawat (ada sebagian kecil yang terburu-buru, mungkin takut pesawatnya jalan lagi) menuju gedung bandara untuk proses imigrasi dan pengambilan bagasi. Nah, kali ini mereka sudah berada di negeri orang. Dengan perilaku dan disiplin yang sama ketika di Tanah Air yakni tidak tertib antri dan susah diaturnya, timbullah bentakan-bentakan dari petugas/aparat Saudi Arabia. Apalagi proses imigrasi di Saudi Arabia sangat lelet.

Nanti, insiden bentak terjadi lagi di bandara Saudi Arabia ketika para jamaah akan kembali ke Tanah Air: pas check in, proses imigrasi, antri boarding. Penuh dengan bentakan.

Kenapa mereka tetap ndableg? Apakah mereka tak paham bahasa aparat/petugas Saudi Arabia, padahal aparat/petugas tersebut menggunakan bahasa Indonesia: baris satu-satu….. baris satu-satu….! Ditambah dengan isyarat tangan di mana mereka harus antri.

Arkian, ketika di pesawat yang membawa mereka ke Tanah Air, perilaku mereka tak berubah: rebutan kursi, buang sampah sembarangan dan mengaktifkan hape.

Seandainya pada saat acara manasik para jamaah diberikan pengetahuan prosesi check in – berada di pesawat – cek imigrasi di Saudi Arabia dan sebaliknya (dan pimpinan rombongan selalu mengingatkan para jamaah), insiden bentak setidaknya bisa hilang dan penerbangan 9 jam akan sangat nyaman.